NetApp memperkenalkan pendekatan hybrid multicloud yang menawarkan fleksibilitas a la public cloud dan keamanan seperti private cloud.
Kondisi pandemi COVID-19 memaksa beberapa sektor bisnis, di antaranya sektor perbankan, untuk mempercepat adopsi dan transformasi digital. Pemberlakuan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) di banyak wilayah di Indonesia hingga beberapa waktu lalu telah mengubah perilaku masyarakat/konsumen di Indonesia dalam beraktivitas, dari offline ke online terutama ketika berbelanja kebutuhan harian.
Bank Indonesia juga mencatat bahwa terdapat kenaikan tinggi hingga 64,48% terhadap transasi Uang Elektronik (UE) dan juga peningkatan sebesar 37,35% terhadap transaksi digital banking pada bulan April 2020. Kenaikan ini tentunya memacu kinerja bank untuk dapat menjawab kebutuhan nasabahnya terhadap digital payment dan digital banking.
Kebutuhan digitalisasi tersebut membutuhkan dukungan dari segi manajemen data dan infrastruktur teknologi. Sebagai contoh, bank yang menggunakan penyimpanan (storage) dan manajemen data on-premise berisiko memberi beban besar bagi server mereka dan berakibat pada pengalaman konsumen (customer experience) yang melambat. Tentunya, hal ini akan berdampak pada reputasi perusahaan yang mengakibatkan ketertinggalan dalam kompetisi pasar.
Salah satu hal utama bagi semua lembaga keuangan adalah pengelolaan data nasabah dan data keuangan. Oleh karena itu, mengadopsi pendekatan hybrid multicloud yang menawarkan campuran fleksibilitas public cloud dan keamanan private cloud menjadi kebutuhan yang penting agar dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan data-data tersebut. NetApp telah mengidentifikasi beberapa manfaat hybrid multicloud berikut yang juga dapat menjadi game changer bagi para pelaku bisnis jasa keuangan di Indonesia.
Solusi hybrid multicloud memampukan institusi keuangan untuk melakukan scale up dan down sesuai kebutuhan. Walhasil, institusi jasa keuangan ini memiliki fleksibilitas instan dan jangka panjang yang memungkinkan mereka untuk beradaptasi dan bergerak dengan permintaan dan kondisi yang terus berubah.
Selain itu, hybrid multicloud dapat membantu mengoptimalkan investasi teknologi, dari model pembayaran besar di muka, menuju model berbasis operasional pay-as-you-go. Hasilnya, institusi keuangan dapat merespons lebih cepat perubahan perilaku nasabah saat ini.
Namun, tidak mudah bagi perbankan untuk dapat mengadopsi teknologi seperti hybrid multicloud. Sebagai industri yang memiliki regulasi ketat, perbankan dan institusi finansial lainnya harus dapat menunjukkan adopsi teknologi yang dapat menjawab tantangan keamanan, data privacy, dan memenuhi syarat regulasi (regulatory compliance).
Ana Sopia, Country Manager, NetApp Indonesia, menyarankan institusi keuangan bergerak cepat dalam mengadopsi teknologi seiring kebutuhan yang juga terus berkembang pesat. Namun Ana mengingatkan bahwa hal itu harus dilakukan dengan kehati-hatian untuk menjunjung tinggi keamanan dan privasi data. Menurut Ana, hybrid cloud dapat membantu institusi keuangan untuk memanfaatkan fitur keamanan dari setiap cloud provider yang dipilih serta memanfaatkan fitur, seperti kecerdasan buatan (AI) untuk menangani tantangan cyber security, mengingat begitu banyaknya jumlah data yang dihasilkan setiap harinya.
“Dengan meningkatnya aktivitas online, sebagai perusahaan kami harus siap melayani pelanggan kami dan juga mematuhi peraturan. Seiring kami (NetApp) memperkuat komitmen kami dalam memberikan solusi untuk kebutuhan bisnis dan industri dan mengikuti peraturan di Indonesia, kami terus membantu bisnis dan kami sendiri untuk menjaga keamanan data dan privasi sebagai hal utama dalam penerapan teknologi. Layanan data skala enterprise yang memberikan fleksibilitas dan kesederhanaan akan membantu perusahaan dalam mempersiapkan infrastrukturnya agar siap menghadapi masa depan,” tambah Ana.
Hybrid cloud tidak hanya membantu dalam kinerja perusahaan, tetapi juga membantu bank dan institusi keuangan dalam menjawab kepatuhan terhadap perubahan. Sebagai pemimpin dalam layanan data cloud, NetApp juga menyoroti bahwa lembaga keuangan perlu memahami bahwa tidak ada pendekatan dan solusi ‘one-size-fits-all’ untuk memenuhi beragam kebutuhan komputasi awan dalam layanan keuangan.