Find Us On Social Media :

Lulus dari Y Combinator, BukuWarung Raih Pendanaan dari Investor Terkemuka

By Liana Threestayanti, Selasa, 29 September 2020 | 20:00 WIB

Para Founder BukuWarung (kiri-kanan), Chinmay Chauhan dan Abhinay Peddisetty.

Perusahaan fintech BukuWarung hari ini (29/9) mengumumkan perolehan pendanaan dari investor-investor terkemuka setelah lulus dari Y-Combinator. 

Perusahaan fintech yang membantu pengusaha mikro Indonesia mengelola transaksi kas dan kredit ini berhasil meraih pendanaan senilai lebih dari 8-digit dolar Amerika dari tiga putaran pendanaan di 2020.

Para investor yang terlibat pada babak pendanaan ini di antaranya Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, VentureSouq, dan barisan angel investor papan atas yang terdiri dari William Hockey (Plaid),Justin Mateen (Tinder), Rahul Vohra (Superhuman), Scott Belsky (CPO Adobe), Josh Buckley, Manik Gupta (ex-CPO Uber), Sriram Krishnan (Spotify), Harry Stebbings (20VC), Nancy Xiao (Bond Capital), Alison Barr Allen (Fast), serta angel investor lain dari WhatsApp, Square, dan Airbnb.

Beberapa investor yang kini berinvestasi di BukuWarung di antaranya Quona Capital, East Ventures,AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, Michael Sampoerna.BukuWarung juga didukung oleh angel investor dari beberapa perusahaan seperti Grab, Gojek, Flipkart, PayPal, Xendit dan Mastercard.

Setelah meluncurkan pembayaran digital di bulan Agustus lalu, BukuWarung berharap dapat menumbuhkan basis penggunanya di seluruh Indonesia secara signifikan dan terus mengembangkan fitur-fiturnya mulai dari fitur utama pembukuan, hingga produk-produk yang bisa dimonetisasi, seperti kredit, tabungan, dan asuransi.

“BukuWarung memiliki tim yang kuat, yang mampu membangun infrastruktur fintech digital untuk usaha mikro masyarakat Indonesia. Saya sangat senang pada kemampuan tim, dan saya percaya bahwa pengalaman yang dimiliki tim BukuWarung mampu mendorong kemajuan bisnis, serta memberdayakan jutaan pelaku usaha mikro di Indonesia,” ujar William Hockey, Co-Founder Plaid.

BukuWarung didirikan pada tahun 2019 dengan tujuan ingin membantu mengatasi kesenjangan layanan keuangan yang dialami oleh 60 juta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia.

Meskipun berkontribusi sekitar 60 persen terhadap GDP Indonesia sebesar US$ 1 triliun, para pelaku usaha di sektor ini masih tertinggal dalam hal transformasi digital yang saat ini telah mengubah ekosistem bisnis nasional. Tantangan utama yang dihadapi para pelaku usaha mikro adalah ketergantungan mereka pada proses-proses manual akuntansi dan pembayaran kembali.

BukuWarung memperkirakan, pelaku usaha mikro yang telah menggunakan perangkat digital dalam mengelola bisnisnya berkisar kurang dari 10 persen. Teknologi BukuWarung membantu mempercepat dan meningkatkan proses pembukuan dengan mencatat seluruh transaksi termasuk kredit, pengeluaran, penjualan, dan membantu merchant memeriksa arus kas melalui laporan bisnis. Melalui BukuWarung, merchant menerima pengembalian 3x lebih cepat dan mengalami peningkatan arus kas berkat adanya pesan pengingat otomatis pembayaran yang dikirimkan oleh aplikasi.

Hingga saat ini, BukuWarung telah melayani lebih dari 1,2 juta merchant di 750 wilayah di Indonesia. Melalui aplikasinya, perusahaan juga mencatat transaksi kotor senilai miliaran dolar AS yang tumbuh 100 kali di 2020. Hal ini memantapkan BukuWarung sebagai accounting platform terbesar dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.

“Pertumbuhan pesat kami telah didorong oleh strategi produk dan efisiensi modal. Kami membuat produk yang sangat sederhana, cepat, dan mudah dipahami seperti WhatsApp, yang digunakan oleh hampir seluruh pelaku UMKM di Indonesia. Ini membuat BukuWarung diminati dan digunakan oleh banyak merchant yang baru menjalankan bisnis online pertama kalinya. Kami meningkatkan fitur pembukuan dan terus mengembangkannya lebih dari sekedar pengelolaan kredit; kami menambahkan lagi fitur-fitur yang lebih detail dengan memperkenalkan fitur pengeluaran, penjualan, dan pencatatan profit untuk membantu pelaku usaha mikro memahami perkembangan bisnisnya lebih baik lagi," ujar Chinmay Chauhan, Co-Founder BukuWarung.

Dengan adanya putaran pendanaan baru ini, BukuWarung akan mengembangkan teknologinya dan membangun beberapa layanan keuangan pada aplikasinya, dengan mengintegrasikan produk-produk monetisasi seperti pembayaran, kredit, dan tabungan. Sebagai bagian dari strategi ini, BukuWarung meluncurkan fitur pembayaran, bekerjasama dengan bank-bank besar Indonesia dan layanan dompet digital seperti OVO dan DANA. BukuWarung merupakan yang pertama menyediakan fitur seperti ini di Indonesia.

Dalam waktu satu bulan dari peluncuran, BukuWarung telah mencatat jutaan USD TPV (total payment volume) pada basis tahunan, serta pertumbuhan 50 kali lipat. Pembayaran digital diperkenalkan sebagai respon terhadap permintaan dari para merchant untuk mengirimkan dan menerima uang secara lebih aman dan efisien, khususnya dalam situasi pandemi COVID-19 seperti saat ini.

“Kami meluncurkan produk rintisan simpan pinjam untuk para merchant dan hasil awalnya sangat menjanjikan, dan sedang dalam proses menuju monetisasi. Peluncuran pembayaran digital merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mewujudkan misi kami membangun infrastruktur digital bagi usaha mikro di Indonesia, khususnya ketika 600 triliun yang ada di ekosistem masih berbentuk kas. Kami juga terus memperdalam solusi-solusi pembayaran yang kami tawarkan untuk menyediakan solusi yang menyeluruh kepada seluruh merchant, untuk kebutuhan pengelolaan kas dan kredit mereka di seluruh value chain,” kata Abhinay Peddisetty, Co-Founder BukuWarung.

BukuWarung didirikan oleh Chinmay Chauhan dan Abhinay Peddisetty, yang sebelumnya memimpin Product & Revenue di Carousell dan berperan sebagai Product Leaders di Grab & Kudo. Ide mendirikan BukuWarung didapat dari pengalaman pengusaha mikro yang kebutuhan keuangannya tidak terpenuhi secara langsung, Chinmay dan Abhinay juga mendapatkan inspirasi dari pengalaman pribadi karena keduanya berasal dari keluarga yang memiliki warung dan memahami tantangan operasional yang dihadapi oleh pelaku usaha kecil.