Find Us On Social Media :

Pengguna Habiskan Rp436 Triliun untuk Belanja Aplikasi Selama Pandemi

By Adam Rizal, Senin, 5 Oktober 2020 | 15:00 WIB

Ini Alasan Google Tolak Hapus Aplikasi Diskriminatif dari Play Store

Perusahaan riset Sensor Tower mengatakan pengguna makin doyan menghabiskan uang untuk belanja aplikasi mobile pada kuartal ketiga tahun ini, angka spending aplikasi mobile naik hingga mencapai US$29,3 miliar atau sekitar Rp436 trilliun secara global, meningkat 32 persen dibandingkan angka US$22,2 triliun (Rp330 triliun) pada kuartal ketiga 2019.

Angka unduhan ikut melonjak hingga mencapai 36,5 miliar di toko aplikasi App Store dan Google Play, atau naik 23,3 persen dibandingkan setahun lalu yang tercatat sebesar 29,6 miliar.

Hebatnya, pencapaian itu melonjak pada saat orang-orang di dunia sibuk melawan pandemi corona.

Kenaikan pertumbuhan belanja secara Year-over-Year ini lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya pada kuartal ketiga 2018 ke kuartal ketiga 2019 sebesar 24 persen. Begitu juga angka unduhan yang hanya naik 9 persen pada periode tersebut.

"Pertumbuhan yang lebih tinggi dari biasanya ini merefleksikan dampak berkesinambungan dari COVID-19 terhadap belanja konsumen lewat aplikasi, sekaligus terus mendorong angka adopsinya di seluruh dunia," tulis Sensor Tower dalam laporannya.

Di sisi lain, belanja konsumen untuk pembelian aplikasi, berlangganan, dan aplikasi premium di App Store juga naik 31 persen menjadi US$19 miliar (Rp283 triliun), dari kuartal ketiga tahun lalu yang hanya mencapai US$14,5 miliar (Rp216 triliun).

Sementara, belanja konsumen di Google Play mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi, yakni meningkat 33,8 persen secara tahunan menjadi US$10,3 miliar (Rp153 triliun) dari US$7,7 miliar (Rp114 triliun) pada kuartal tahun lalu.

Untuk aplikasinya sendiri, sebagaimana dihimpun Sensor Tower, TikTok memuncaki ranking aplikasi berpenghasilan terbesar, karena belanja konsumen di dalamnya meroket sebesar 800 persen dibandingkan kuartal ketiga 2019.

Di urutan kedua ada YouTube yang mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 59 persen secara Year-over-Year, disusul Tinder yang hanya mencetak kenaikan 5 persen.