Find Us On Social Media :

Meningkatnya Kebutuhan Internet Selama Pandemi Harus Dibarengi Kesadaran Keamanan Siber

By Rafki Fachrizal, Rabu, 7 Oktober 2020 | 17:45 WIB

Ilustrasi Pengguna Internet

Situasi pandemi COVID-19 telah menimbulkan satu konsekuensi positif di Asia Tenggara (SEA), itu adalah bahwa kawasan tersebut memiliki kemampuan untuk merangkul digitalisasi.

Faktanya, penelitian tahun 2020 yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber Kaspersky di antara 760 responden dari wilayah tersebut mengungkapkan bahwa hampir 8 dari 10 saat ini menerapkan sistem Work from Home (bekerja dari rumah).

Dua hingga lima jam tambahan telah meningkatkan penjelajahan internet harian responden di Asia Tenggara yang rata-rata maksimal adalah 8 jam.

Dalam hal finansial, 47% dari individu yang disurvei telah mengalihkan pembayaran dan transaksi bank mereka secara online karena pembatasan wilayah dan tindakan pencegahan keamanan di masing-masing negara.

“Tahun 2020 tidak seperti tahun lainnya. Tahun ini bukan hanya waktu perubahan, tetapi juga mengubah waktu itu sendiri. Tahun ini telah mengubah cara kita bepergian, cara kita berbelanja, cara kita berinteraksi satu sama lain,” kata Vitaly Kamluk, director for Global Research and Analysis (GReAT) Team Asia Pacific di Kaspersky, dalam konferensi media virtual yang digelar Selasa (6/10).

Baca Juga: Kaspersky: Serangan Ransomware Maze Alami Peningkatan di Asia Tenggara

Lebih lanjut, teknologi internet kini memang telah berkembang menjadi alat canggih yang semakin dimanfaatkan setiap orang untuk mendukung aktivitas harian mereka di masa pandemi.

Namun, ketergantungan yang meningkat pada internet juga membuka lebih banyak kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh pelaku kejahatan siber.

Seiring dampak digital dari pandemi dan situasi geopolitik yang terjadi di wilayah tersebut, Kaspersky melihat kedua faktor ini telah mengubah lanskap ancaman yang ditargetkan di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

“Seluruh negara tengah menghadapi tantangan siber di masa pandemi, tidak terkecuali di Indonesia. Apalagi populasi di Indonesia luar biasa, yang mana populasi anak mudanya juga demikian besar. Semua stakeholder harus saling berkolaborasi dengan baik demi mewujudkan kesadaran keamanan siber,” tutur Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.

Dalam kesempatan yang sama, Vitaly Kamluk juga mengungkapkan bahwa populasi indonesia yang besar menjadi ketertarikan bagi para pelaku kejahatan siber untuk mernargetkan korban selama masa pandemi.

Menurut Vitaly sendiri, ada beberapa langkah terbaik yang bisa diterapkan untuk menjaga keamanan siber.

“Cara yang terbaik untuk memperkuat benteng pertahanan adalah dengan memberikan peluang lebih besar terhadap keamanan siber, edukasi cybersecurity di sektor pendidikan dan selalu ke depankan topik keamanan sebagai pilar kehidupan. Sehingga, publikasi di media juga semakin menonjol untuk keamanan siber, baik di TV, koran dan media lainnya. Dengan begitu, pemerintah selanjutnya dapat memainkan perannya,” jelas Vitaly.

Baca Juga: Kaspersky: Enterprise di Indonesia Jadi Target Utama Ransomware