Find Us On Social Media :

Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Magnifique Gandeng Markoding untuk Edukasi Coding ke Para Siswa

By Rafki Fachrizal, Senin, 19 Oktober 2020 | 20:17 WIB

Ilustrasi coding

Indonesia berambisi menjadi negara ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara pada tahun 2025 mendatang.

Sayangnya jumlah tenaga kerja di bidang digital - seperti programmer - yang ada saat ini faktanya masih belum bisa memenuhi kebutuhan.

Programmer sendiri merupakan tenaga kerja yang memiliki kemampuan coding sehingga dapat menciptakan software atau aplikasi.

Merujuk laporan dari konsultan keuangan Inggris KPMG yang dikutip oleh riset Singapore Management University dan JP Morgan, diperkirakan pada akhir 2030, Indonesia akan kekurangan tenaga coding sebanyak 9 juta orang.

Merujuk laporan dari konsultan keuangan Inggris KPMG yang dikutip oleh riset Singapore Management University dan JP Morgan, diperkirakan pada akhir 2030, negara kita akan kekurangan tenaga coding sebanyak 9 juta orang.

Keterbatasan akses untuk mendapatkan pendidikan informal mengenai coding masih merupakan salah satu penyebab.

Padahal, ilmu coding dapat dipelajari dalam waktu singkat, sehingga para siswa putus sekolah atau yang tidak mampu melanjutkan ke bangku kuliah, dapat membekali diri menjadi praktisi coding.

Hal ini yang menjadi alasan Magnifique dan Yayasan Dian Sastrowardoyo untuk menghelat webinar M-Class keduanya dengan tema meraih sukses di era digital dengan belajar coding bersama Markoding (Yayasan Daya Kreasi Anak Bangsa).

Webinar ini bertujuan menyelenggarakan pelatihan informal seputar coding bagi para siswa yang membutuhkan.

Baca Juga: Saatnya Memanfaatkan Data untuk Industri Pertanian

Webinar ini diikuti oleh lebih dari 100 siswa dari berbagai daerah dengan pembicara Amanda Simandjuntak (Co-Founder Markoding) dan dipandu oleh William Hendradjaja (Co-Founder Skilvul) pada Jumat (16/10) lalu.

“Kebutuhan sektor digital telah membukakan pintu seluasnya bagi para siswa untuk menjadi bagian dari lapangan kerja. Dengan bantuan Markoding, kami ingin para siswa yang tertarik dengan bidang ini dapat mengenalnya dengan lebih baik untuk kemudian dapat menjadi pilihan pendidikan informal yang bermanfaat,” ujar Dian Sastrowardoyo.

Hal ini juga ditegaskan oleh Amanda Simandjuntak, “Terdapat kelangkaan akses bagi para siswa tidak mampu yang tertarik untuk terjun menjadi praktisi coding. Markoding di tahun 2017 dengan tujuan membantu mengatasi kesenjangan ini melalui penyediaan pendidikan informal seputar coding yang dapat langsung diterapkan dalam waktu singkat.”

Berdurasi sekitar 120 menit, webinar memaparkan mengenai kebutuhan industri digital secara global serta dasar-dasar ilmu coding yang dapat dipelajari lebih dalam melalui pelatihan berkala yang dilakukan oleh Markoding.

M-Class merupakan inisiatif yang dicetus oleh Magnifique dan Yayasan Dian Sastrowardoyo sehubungan dengan pandemi dan kewajiban melakukan pembelajaran secara daring.

Dengan berfokus kepada para siswa di daerah kurang terjangkau atau dengan latar belakang tidak mampu, M-Class dilakukan setiap bulannya dengan mendatangkan para pembicara dan topik yang berbeda di setiap sesinya.

Mekanisme M-Class dilakukan tidak hanya dengan mengadakan webinar gratis, tapi juga pengadaan kuota internet bagi siswa yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terbebani untuk dapat mengikuti acara.

Baca Juga: NTT Ltd: 92,1% Organisasi Prioritaskan Pemberdayaan Karyawan pada Strategi Tempat Kerja Masa Depan