Menurut studi McKinsey bertajuk “Industry 4.0: Reinvigorating ASEAN Manufacturing for The Future”, Industri 4.0 bisa membuat industri manufaktur di ASEAN beroleh peningkatan produktivitas sampai US$627 miliar. Industri 4.0/smart manufacturing tentunya membutuhkan pemanufakturan untuk mengadopsi berbagai teknologi digital, seperti halnya IoT (internet of things) dan AI (artificial intelligence). Hal tersebut dikemukakan oleh para panelis pada InfoKomputer Tech Gathering bertema “Manufacture 4.0: Embracing AI to Improve Production Efficiency” yang berlangsung Kamis 12 November 2020 lalu secara virtual.
Namun, tentunya bukan sekadar mengadopsi teknologi digital melainkan mengimplementasikannya pula dengan tepat. IoT misalnya, data yang diperoleh haruslah dikelola agar bisa mendapatkan insight yang bermanfaat bagi pemanufakturan; insight yang misalnya bisa menekan downtime dan meningkatkan produktivitas. Begitu pula dengan AI yang haruslah membantu pemanufakturan mendapatkan insight yang lebih baik dan/atau lebih cepat.
“Jadi, kalau kita bicara mengenai Industry 4.0 ataupun Manufacture 4.0, itu salah satu enabler-nya adalah industrial IoT,” ujar Yanto Tjia (Enterprise Solutions Architect Lead NTT Indonesia Solutions). “IoT satu hal, ada satu lagi kita bilangnya AI atau artificial intelligence. Jadi, ketika IoT di-combine dengan solusi artificial intelligence, ini akan membuat solusi advanced analytics yang lebih tinggi lagi. Jadi prediksinya itu akan lebih akurat. Jadi idenya gitu kan, kita bisa prediksi quality-nya, kita bisa prediksi kapan akan rusak, dan lain-lain. Jadi, kombinasi dari IoT dan AI ini sangat, akan sangat membantu bagi perusahaan,” tambah Yanto Tjia.
NTT Indonesia Solutions pun mencontohkan salah satu kliennya yang merupakan perusahaan penyedia perangkat pemurnian air atau water purifier untuk berbagai perusahaan lain. Berdasarkan pengalaman klien NTT Indonesia Solutions tersebut, sering kali perusahaan lain yang menjadi pelanggannya tidak memerhatikan aneka peringatan yang muncul pada perangkat pemurnian air yang digunakan. Padahal, peringatan yang muncul itu menandakan perangkat pemurnian air bersangkutan membutuhkan perawatan. Alhasil, ketika akhirnya perangkat pemurnian air yang dimaksud berhenti bekerja karena rusak berat akibat berbagai perawatan yang tidak dilakukan, perusahaan yang menggunakannya mengalami downtime yang relatif lama; klien NTT Indonesia Solutions yang menyediakannya butuh waktu relatif lama untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Selain itu, terdapat biaya perbaikan yang tidak terduga bagi perusahaan yang menggunakannya tadi.
Dengan IoT, downtime yang relatif lama plus biaya tak terduga tersebut bisa dihindari. Pasalnya, klien NTT Indonesia Solutions bisa terinformasikan secara otomatis apabila suatu perangkat pemurnian air yang digunakan perusahaan yang menjadi pelanggannya butuh perawatan. Jadi, meski perusahaan yang menggunakan tidak menyadari adanya peringatan, klien NTT Indonesia Solutions tetap mengetahui kondisi dari perangkat pemurnian air itu dan mengambil tindakan yang sesuai.
Bekerja sama dengan NTT Indonesia Solutions, sang penyedia perangkat pemurnian air meletakkan sensor pada perangkat pemurnian air yang digunakan oleh pelanggannya. Data-data yang diperoleh sensor dengan bantuan server dan gateway kemudian diteruskan ke platform IoT NTT yang disebut Things Cloud. NTT Things Cloud ini yang memberikan informasi kepada perusahaan penyedia perangkat pemurnian air. NTT mengklaim Things Cloud bukan sekadar menginformasikan ketika terdapat peringatan pada perangkat pemurnian air, melainkan bisa pula menginformasikan atau memberikan insight apabila perangkat pemurnian air akan rusak dalam waktu dekat. Kemampuan yang disebutkan terakhir tentunya merupakan prediksi.
NTT Things Cloud memang bukan hanya mengumpulkan berbagai data dari aneka perangkat IoT melainkan mengolahnya, termasuk menganalisisnya, sebelum akhirnya menampilkan/menyampaikan informasi/insight hasil pengolahan tersebut. Dengan kata lain, NTT Things Cloud bisa membantu pemanufakturan beroleh insight dari perangkat IoT. Tak hanya itu, NTT menyebutkan Things Cloud bisa diintegrasikan dengan sistem perusahaan yang sudah tersedia lebih dulu untuk analytics tingkat lanjut atau advanced analytics. Jadi, bila pemanufakturan sudah memiliki sistem dengan AI, NTT Things Cloud bisa diintegrasikan dengan sistem tesebut untuk mendapatkan analisis yang lebih mumpuni lagi.
“Jadi yang terjadi adalah, provider water purifier ini menjadi lebih proaktif dalam hal maintenance. Jadi bukan nunggu, o rusak dulu, nunggu komplain dulu, tapi sebelum rusak, sebelum komplain, mereka sudah datang duluan,” jelas Yanto Tjia.
Berdasarkan survei IBM, predictive maintenance menggunakan IoT dan AI seperti yang dicontohkan NTT Indonesia Solutions bisa menghemat biaya perawatan atau maintenance secara signifikan. IBM menyebutkan banyaknya biaya yang bisa dihemat oleh predictive maintenance adalah sebesar 40% dari total biaya perawatan yang dibutuhkan.