China meluncurkan satelit Star Era-12 untuk menguji jaringan 6G pertama di dunia ke luar angkasa.
Star Era-12 memiliki pita frekuensi yang sangat tinggi sehingga harus diuji di luar angkasa sehingga sinyalnya tidak akan hilang semudah di udara.
Thyagarajan Nandagopal (National Science Foundation) memperkirakan satelit 6G itu menawarkan kecepatan pita 100 dan 500 Gigahertz, atau 100 kali lebih cepat dari 5G. Untuk memahami kecepatan itu, bandingkan ponsel 5G dan 4G: Model 5G 100 kali lebih cepat daripada 4G, tergantung pada operatornya.
Jaringan 6G itu akan mencakup segala hal mulai dari komunikasi hingga telemedicine serta keamanan nasional.
Teknologi 6G itu juga akan membawa banyak produk dan layanan baru yang akan mengalirkan miliaran dolar ke dalam ekonomi global, seperti 5G membawa Uber, Instacart, dan Netflix.
Misalnya, iPhone 6G akan mengunduh film definisi tinggi dalam 8 detik dan 1.500 foto resolusi tinggi dalam waktu kurang dari satu menit. Seorang ahli bedah di New York dapat menggunakan teknologi robotik untuk mengoperasi pasien di California.
“Kita menganggap nirkabel sebagai sesuatu yang biasa dan sekarang menyadari karena pandemi bahwa seluruh ekonomi kita bergantung pada penelitian komunikasi. Kita tidak bisa menganggap remeh, China tidak demikian," katanya seperti dikutip NYPost.
Pakar urusan global NYU, Pano Yannakogeorgos mengatakan China belum menjadi pemenang dari permainan 6G, tetapi peluncuran itu menjelaskan China ingin menjadi pembawa standar 6G seperti halnya untuk 5G.
Pemerintah China menargetkan jangka waktu lima tahun untuk tujuan strategis 5G - dan para peneliti membuat tenggat waktu mereka. Saat ini China adalah raja 5G, sama seperti Inggris yang merupakan pembangkit tenaga listrik telegraf komersial pertama di dunia pada abad ke-19.
"Dia yang mengontrol jaringan, akan mengontrol dunia," katanya kepada The Post.
Jika China tetap memimpin 6G, Yannakogeorgos khawatir AS dan Eropa akan membawa dunia mundur dengan membentuk standar mereka sendiri. Misalnya, di masa 3G, perangkat Amerika tidak akan berfungsi di luar negeri karena standar yang berbeda, dan sebaliknya.
“Ini seperti membawa laptop Anda ke Eropa dan harus membeli adaptor," pungkasnya.