Terdampak pandemi COVID-19, kreativitas UMKM Indonesia justru terpacu. Hal ini terlihat dari hasil survei yang digelar oleh Paper.id, SMESCO, dan OK OCE.
Indonesia telah memasuki bulan ke-9 masa pandemi COVID-19 dan selama periode tersebut kita telah menyaksikan betapa besar perubahan yang terjadi, antara lain di sektor UMKM.
Sebagai penggerak ekonomi negara serta penyerap tenaga kerja, UMKM mengalami kerugian yang besar karena kegiatan usaha mereka tersendat dan mengalami penurunan pemasukan yang drastis. Namun hasil survei yang digelar oleh Paper.id berkolaborasi dengan SMESCO dan OK OCE memperlihatkan upaya UMKM untuk bangkit kembali.
Survei bertajuk “Dampak Pandemi COVID-19 terhadap UMKM” ini dilakukan secara daring dan dikirimkan kepada lebih dari 3000 UMKM yang ada di 22 provinsi Indonesia. Survei ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai gambaran terkini akan dampak pandemi yang dialami UMKM. Dengan begitu, para pelaku UMKM dapat merencanakan langkah mitigasi untuk meminimalisir dampak yang terjadi.
Bagaimana temuan dari survei tersebut?
Penurunan Omzet Berdampak Pada Operasional dan Finansial
Sebanyak 78% responden mengaku mengalami penurunan omzet dan kategori terbesar mengalami penurunan lebih dari 20% (67,50%).
Penurunan yang ada terjadi hampir menimpa seluruh bidang usaha. Dalam data, terdapat 3 jenis usaha yang mengalami dampak paling besar, yaitu kuliner (43,09%), jasa (26,02%), dan fashion (13,01%).
Meski mayoritas responden melakukan pemasaran secara online dan offline (63,40%), hal ini tetap tidak dapat memperbaiki kegiatan usaha yang ada, karena efek pandemi yang menyeluruh dan mengakibatkan menurunnya daya beli konsumen.
Dampak penurunan omzet ini diikuti oleh terhambatnya kegiatan operasional dan finansial usaha. Sebanyak 65% responden mengalami masalah pada kegiatan usaha, seperti usaha harus tutup sementara, kesulitan adaptasi WFH, serta 24% masalah operasional bersumber dari pelanggan seperti menurunnya daya beli konsumen.
Survei juga menunjukkan responden mengalami masalah finansial. Sebanyak 68% responden mengalami masalah keuangan internal, seperti kenaikan biaya operasional untuk protokol kesehatan (masker dan hand sanitizer), dan harus menggunakan modal kerja pribadi. Sementara itu, 26% responden mengaku kesulitan dalam mengajukan pinjaman ke bank.
Langkah Mitigasi
Masalah pandemi COVID-19 tidak menghalangi kreativitas para pelaku usaha untuk mencari solusi agar usaha tetap dapat berjalan.
Berdasarkan hasil data yang ada, mayoritas responden memilih untuk mencari pasar baru (23,93%). Sementara itu, 13,44% responden memilih untuk melakukan pivot bisnis atau menjual produk baru.
“Tentu saja, pandemi ini memberikan dampak kepada ekosistem bisnis di dunia, tapi saya percaya pandemi akan mendorong kreativitas para pelaku usaha untuk membuat inovasi yang baru. Contohnya seperti, krisis finansial di tahun 2008 yang akhirnya memunculkan fintech. Karena itu, saya optimis sekali, pandemi ini akan melahirkan banyak tren bisnis baru, asalkan para pelaku usaha mau beradaptasi dengan keadaan dunia yang baru,” komentar CEO dan Co-Founder Paper.id, Jeremy Limman.
Dari beberapa wawancara yang telah dilakukan, responden mengaku menjual barang-barang yang sedang laku di pasaran seperti masker atau produk kesehatan. Sebanyak 8,52% responden juga mengatakan bahwa, mereka memutuskan untuk melakukan ekspansi bisnis.
Mirah Ayu selaku Kepala Seksi (KASI) Humas SMESCO Indonesia mengatakan,”Bidang usaha terkait kebutuhan dasar dan kesehatan serta segala usaha berbasis digital baik produk jasa maupun cara penjualannya akan makin banyak diminati, seperti frozen food, minuman herbal, hand sanitizer, masker, serta travel kit untuk menunjang gaya hidup masyarakat yang mobile, sepertinya akan paling banyak dicari baik saat dan setelah pandemi.”
Terkait tingkat optimisme pelaku usaha dalam menghadapi pandemi, temuan dari survei memperlihatkan opini yang terbagi dua. Bagian pertama, dengan tingkat optimisme di bawah satu tahun sebanyak 67,32% dan di atas satu tahun dengan 32,68%.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah langkah pemulihan yang perlu dilakukan pelaku UMKM agar usaha kembali normal. “Selama pandemi, kita sudah terbiasa dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada, contohnya protokol kesehatan. Kebiasaan ini tidak akan luntur pasca pandemi dan dia akan terus melekat. Tantangan-tantangan tersebut akan dapat kita hadapi jika kita saling membantu untuk mengubah tantangan menjadi peluang usaha yang baru,” Prof. Indra Cahya Uno selaku pendiri dari OK OCE meyampaikan pendapatnya mengenai hal tersebut.