Find Us On Social Media :

Dua Pertiga Millennial Pilih Investasi Bitcoin daripada Emas

By Liana Threestayanti, Jumat, 4 Desember 2020 | 20:45 WIB

Ilustrasi Bitcoin

Kaum millennial ternyata lebih memilih menyimpan Bitcoin daripada emas sebagai aset safe haven atau aset investasi aman, menurut hasil sebuah survei global terbaru.

Survei yang digelar oleh salah satu perusahaan financial advisory independen dan fintech, deVere Group. Dan hasil survei tersebut dirilis saat harga Bitcoin melesat hingga mencapai US$19.864.  

Lebih dari dua pertiga (67%) dari 700+ klien millennial yang disurvei mengatakan bahwa menurut mereka, Bitcoin berkompetisi lebih baik dengan emas sebagai aset safe haven.

Datang dari Amerika Utara, Inggris, Asia, Afrika, Timur Tengah, Asia Timur, Australasia, dan Amerika Latin, responden dari survei ini adalah generasi yang lahir antara tahun 1980 dan 1996.  

Mengomentari temuan survei ini, CEO and Founder, deVere Group, Nigel Green mengatakan bahwa dari sejak jaman Mesir Kuno, emas selalu memiliki nilai tinggi dan sejak lama telah dianggap sebagai safe haven utama.  

“Emas selalu menjadi aset yang diandalkan saat terjadi ketidakpastian politik, sosial, dan ekonomi karena nilainya tidak berubah atau justru bertambah saat aset lain mengalami penurunan nilai. Dengan demikian emas memungkinkan investor mengurangi eksposur pada kehilangan,"  Nigel menambahkan. 

Namun survei ini mengungkapkan bahwa Bitcoin bisa "turun takhta" dalam satu generasi karena investor millennial dan yang lebih muda, yang dijuluki "digital native" percaya bahwa Bitcoin berkompetisi lebih baik terhadap emas sebagai aset safe haven.  

“Millennial akan menjadi pasar yang kian penting dalam beberapa tahun ke depan, dengan transfer kemakmuran antargenerasi terbesar--diprediksi mencapai lebih dari US$60 triliun--dari baby boomers ke millennial," lanjut Nigel Green. Ditambah lagi, dunia kian didorong oleh teknologi dan cryptocurrency tentu saja berbentuk digital.   

Faktor kunci lainnya adalah tingkat historis pencetakan uang seiring upaya bank sentral di seluruh dunia untuk menyangga ekonomi yang rontok akibat pandemi. “Jika Anda membanjiri pasar dengan uang ekstra, sesungguhnya Anda sedang mendevaluasi mata uang tradisional, dan ini, serta ancaman inflasi, menjadi keprihatinan sejumlah investasi yang sedang mencari alternatif.  

“Dengan sendirinya, dan sejalan dengan temuan yang memperlihatkan bahwa millennial memiliki preferensi terhadap Bitcoin daripada emas, cryptocurrency siap untuk semakin tenar sebagai aset safe haven yang serius," jelas Nigel. Bitcoin seringkali disebut sebagai "emas digital" karena seperti halnya logam berharga, Bitcoin adalah alat tukar, akun, tidak berdaulat, terdesentralisasi, langka, dan menyimpan nilai.   

“Sepanjang 2020, tahun yang penuh gejolak finansial, nilai Bitcoin telah meningkat sekitar 170%," Nigel menyimpulkan. 

Bitcoin baru beredar sekitar satu dekade tapi sudah mencapai lebih dari 3% dari kapitalisasi pasar emas yang mencapai US$9 triliun.   

“Saat dunia terus bergeser ke arah teknologi dan saat millennial menjadi pihak yang lebih dominan dalam perekonomian dunia, kita berharap peran Bitcoin juga akan semakin berpengaruh di pasar keuangan, khususnya dalam menjadi aset yang tahan resesi," tutup Nigel Green.