Find Us On Social Media :

Jika Gojek-Grab Merger, Anthony Tan Ingin Jadi 'CEO Seumur Hidup'

By Adam Rizal, Selasa, 29 Desember 2020 | 09:45 WIB

Group CEO and Co-founder Grab, Anthony Tan

Berita merger dua perusahaan raksasa ride hailing di Asia Tenggara, Grab dan Gojek terus mencuat tahun ini.

Baru-baru ini, Grab meminta CEO sekaligus pendirinya Anthony Tan menjadi 'CEO seumur hidup' secara de facto, dari entitas hasil merger Grab-Gojek nantinya.

Kemungkinan besar Grab akan hadir sebagai pemimpin karena memiliki nilai valuasi yang lebih tinggi dan wilayah operasional yang lebih luas dari Gojek. Selain itu, Grab juga memiliki kondisi keuangan yang lebih sehat, termasuk dalam pendapatan, jika dibandingkan dengan perusahaan saingannya di Indonesia seperti dikutip Nikkei Asia.

Menurut dua orang yang dekat dengan masalah merger ini, Grab juga menambahkan beberapa klausal sebagai persyaratan merger, termasuk memberikan Tan hak suara yang besar di perusahaan entitas, hak veto atas keputusan dewan, dan kendali atas penghasilannya sendiri.

Sumber lainnya mengatakan, masalah lain yang dibahas adalah "siapa yang dapat menunjuk, dan dalam kondisi apa, CEO (grup) baru jika (Tan) meninggal". Jika semua klausul persyaratan dari Grab disetujui, maka Tan memiliki kekuasaan yang signifikan atas perusahaan gabungan Gojek-Grabdi Asia Tenggara itu.

Hal itu juga telah menimbulkan kekhawatiran beberapa investor. Grab langsung merespons kekhawatiran tersebut dengan mengklarifikasi bahwa entitas merger Grab-Gojek akan dijalankan dengan cara yang sesuai dengan peraturan IPO.

Selain itu, Grab memiliki saham supervoting, sehingga memberikan pengaruh lebih besar bagi para pendirinya. Hak yang sama nantinya juga akan diberikan kepada co-CEO Gojek, Andre Soelistyo.

Menurut salah satu sumber, ketidaksepakatan utama dari rencana merger ini adalah soal struktur kepemilikan saham dari entitas gabungan. Menurut informasi, Gojek telah meminta 40 persen bagian saham dari entitas merger.

Grab menolak permintaan Grab karena secara fundamental kondisi keuangan grab yang lebih baik. Walaupun isu merger ini sudah mencuat sejak awal tahun, baik Grab, investor besar Grab SoftBank, dan Gojek sendiri menolak untuk mengomentari masalah ini.

Penolakan mitra Di Indonesia sendiri, isu merger ini sudah mendapatkan penolakan keras dari mitra driver ojek online. Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia mengancam akan menggelar aksi besar-besaran, apabila merger (penggabungan perusahaan) antara Grab dan Gojek terwujud.

Ketua Presidium Nasional Garda Indonesia, Igun Wicaksono mengatakan bahwa pihaknya menolak rencana merger antara Gojek dan Grab.

"Kami sepakat untuk melakukan aksi serentak ataupun aksi secara bergelombang dari temen-teman ojol (ojek online) se-Indonesia," kata Igun.

Igun menjelaskan, Garda Indonesia khawatir apabila setelah merger, akan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para mitra pengemudi ojek online, dengan dalih efisiensi perusahaan. Nantinya kesepakatan penggabungan perusahaan Grab-Gojek tetap akan membutuhkan persetujuan dari regulator dan pemerintah.

Baca Juga: Takut Di-PHK, Driver Ojol Ancam Demo Jika Grab dan Gojek Merger