Find Us On Social Media :

Moody’s dan S&P Global: Grab Masih Akan Rugi Sampai Tahun 2023

By Wisnu Nugroho, Rabu, 6 Januari 2021 | 11:50 WIB

Ilustrasi kantor Grab

Lembaga pemeringkat Moody’s dan S&P Global memproyeksikan Grab masih akan rugi sampai 2023 nanti. Kompetisi yang sengit dengan Gojek dan FoodPanda membuat Grab harus terus “bakar uang” yang mengakibatkan kerugian yang tidak terhindarkan.

Berdasarkan proyeksi tersebut, Moody’s dan S&P Global pun memberikan rating B- atau B3 dengan proyeksi ke depan yang stabil (stable outlook).

Meski harus merugi dalam dua tahun ke depan, Grab tetap memiliki postur keuangan yang kokoh. Saat ini Grab memiliki cadangan dana sebesar US$3,2 miliar untuk menanggung risiko kerugian tersebut. “Menurut perhitungan kami, cadangan dana tersebut akan mencukupi untuk menanggung cash flow, pengeluaran modal di bisnis transportasi dan pengantaran makanan, maupun pembayaran hutang sampai 2-3 tahun mendatang,” ungkap Stephanie Cheong, analis dari Moody’s.

Sementara terkait rencana ekspansi di bidang finansial, Grab akan mencari dana tambahan di luar cadangan dana tersebut. Sebagai informasi, Grab saat ini telah mengantongi lisensi untuk menjalankan digital banking dari otoritas Singapura. Dengan lisensi tersebut, Grab akan dapat menyediakan layanan perbankan seperti pinjaman, asuransi, sampai wealth management. 

Kabarnya, Grab telah berbicara dengan raksasa teknologi China, Alibaba, untuk investasi sebesar US$3 miliar. Namun realisasi dari investasi tersebut saat ini menjadi pertanyaan besar seiring kurang harmonisnya hubungan Alibaba dan Pemerintah China.

Baca juga: Inilah penyebab Pemerintah China dan Alibaba Berseteru

Menanggapi hasil analisa Moody’s dan S&P Global, Grab menunjuk pencapaian positif di tahun ini. Seperti ditulis Deal Street Asia, Ming Maa (Group President Grab) menyebut pendapatan Grab saat ini sudah melampaui angka sebelum pandemi terjadi. Ming Maa menyebut pemasukan Grab naik 70% dan menyentuh titik impas di sektor transportasi online di seluruh area operasi (termasuk Indonesia).

Sementara untuk sektor pengantaran makanan, Grab tahun ini berhasil menggaet 600 ribu merchant baru di seluruh Asia Tenggara untuk bergabung di platform Grab Food. Angka ini dua kali lipat dibanding tahun lalu. Berbekal pencapaian itu, Grab pun meyakini Grab Food akan menyentuh titik impas di tahun 2021 ini.

Yang masih menjadi pertanyaan besar adalah kapan Grab akan melakukan IPO. Idealnya, IPO dilakukan pada tahun 2023. Pasalnya pada tahun itu, Uber memiliki opsi untuk mencairkan kepemilikan sahamnya di Grab sebesar 23% dengan dengan nilai sekitar US$2,26 miliar. 

Namun Grab hanya bisa melakukan IPO jika kondisi keuangannya sudah membaik. Jika tidak, IPO batal dilakukan dan Grab harus membayar pencairan saham Uber tersebut dari tabungannya sendiri.