Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menjatuhkan sanksi terakhir ke perusahaan teknologi asal China, Huawei, menjelang akhir masa kepemimpinan yang akan berakhir 20 Januari.
Trump melarang sejumlah perusahaan asal AS, termasuk pembuat chip Intel memasok beberapa komponen ke Huawei.
Trump sendiri sebelumnya memang telah memblokir Huawei untuk bermitra dengan berbagai perusahaan AS, pasca perusahaan asal China ini masuk ke dalam daftar hitam "Entity List" pada 2019 lalu.
Beberapa perusahaan, termasuk Intel, mendapatkan lisensi agar mereka bisa memasok komponen ke Huawei, dengan syarat bahwa komponen yang dimaksud tidak berhubungan dengan 5G.
Kabar terbaru terkait Huawei tersebut, tidak menyebutkan secara spesifik lisensi apa saja yang dicabut.
Begitu juga perusahaan yang sebelumnya memiliki lisensi kerja sama dengan Huawei.
Namun, apabila rumor ini akurat, Huawei diprediksi bakal kesulitan untuk membuat berbagai produk besutan perusahaan, misalnya jajaran produk laptop seri Matebook yang ditenagai dengan prosesor Intel.
Huawei maupun Intel belum memberikan komentar resmi terkait kabar ini, sebagaimana dihimpun Reuters.
Departemen Perdagangan AS mengatakan bahwa pihaknya terus bekerja sama dengan sejumlah lembaga untuk menerapkan kebijakan lisensi yang bisa "melindungi keamanan nasional dan kebijakan luar negeri AS".
Baca Juga: Xiaomi Bakal Jual POCO M3 Ke Indonesia pada 21 Januari
Konon, pencabutan lisensi ini merupakan "hukuman" terakhir yang bakal dijatuhkan oleh Trump kepada Huawei. Sebab, beberapa hari lagi ia akan digantikan dengan Presiden AS terpilih yang baru, Joe Biden.
Belum diketahui apakah Biden bakal melanjutkan atau mencabut kebijakan yang memberatkan Huawei tersebut atau tidak.
Kebijakan Trump yang menjebloskan Huawei ke daftar Entity List atas dugaan ancaman keamanan nasional AS sendiri agaknya sudah membuat Huawei "kelabakan".
Selain dilarang menggunakan sistem operasi Android yang menggunakan layanan Google Mobile Services (GMS), Huawei dipaksa untuk mencari alternatif produsen chip selain Qualcomm dan TSMC.
Huawei juga mencoba mandiri dan lepas dari AS, salah satunya dengan menjual bisnis smartphone Honor ke suatu konsorsium.
Dana dari penjualan merek ini kemungkinan dipakai untuk membangun strategi baru perusahaan.
Kemudian, Huawei juga turut mengembangkan Huawei Mobile Services (HMS) bersama dengan App Gallery untuk lepas dari GMS dan Google Play Store.
Di luar Huawei, Trump sendiri tampaknya "belum puas" untuk mempersulit berbagai perusahaan teknologi asal China bekerja sama dengan perusahaan lokal.
Pekan lalu, Trump bahkan memasukkan sembilan perusahaan asal China baru, termasuk vendor smartphone Xiaomi, ke dalam daftar hitam (blacklist) investasi AS.
Berbeda dengan Huawei, daftar hitam yang menjerat sejumlah perusahaan ini mengharuskan para investor asal AS menjual (divestasi) seluruh saham yang mereka miliki selambat-lambatnya pada 11 November 2021.
Baca Juga: Tak Hanya Signal, Ini Daftar Aplikasi Pesan yang Aman untuk Pengguna