Proyek 'tol langit', khususnya di bagian timur (Palapa Ring Timur) memiliki tantangan tersendiri. Berada di zona merah membuat Palapa Ring Timur kerap mengalami aksi vandalisme atau perusakan.
Aksi vandalisme tersebut bahkan masih terus berlanjut sampai 2021. Tercatat sebanyak 174 kasus vandalisme dialami Palapa Ring Timur sejak 2019, bahkan 4 aksi di antaranya termasuk kasus berat.
Yang terbaru, pada 3 Januari 2021, Tower B4 dan B5 Palapa Ring Timur yang terletak di Ilaga mengalami insiden pembakaran oleh kelompok tidak dikenal. Kejadian tersebut mengakibatkan kerugian karena seluruh perangkat pada kedua tower tersebut habis terbakar.
Imbas dari kerusakan yang dialami oleh perangkat tower B4 dan B5, jaringan konektivitas Ilaga mengalami penurunan sehingga perlu menggunakan cadangan dari konektivitas dari kota lain.
Sebelumnya pada Maret 2020, tower Project B2 dengan ketinggian 62 meter mengalami insiden roboh dan terbakar. Kejadian ini mengakibatkan kerusakan pada semua perangkat tower seperti radio microwave outdoor termasuk antena, ODU, kabel dan aksesoris.
Selain itu, Leg tower juga ditemukan rusak dengan bekas gergaji pada kedua sisi, solar panel dan win turbin dibongkar, serta genset dan perangkat radio microwave indoor dibakar.
Pembakaran juga terjadi pada NOC Kigamani saat malam tahun baru 2021. Kejadian diduga terjadi akibat protes warga terhadap pembubaran kerumunan oleh keamanan dengan membakar terpal di toko bangunan yang terletak di samping NOC Kigamani.
Selain terbakarnya NOC Kigamani, kejadian protes pembubaran kerumunan tahun baru 2021 juga mengakibatkan jatuhnya dua korban dari anggota TNI yang sedang berjaga di sekitar NOC Kigamani. Dua anggota TNI tersebut mengalami luka akibat panah yang menyasar ke lengan dan hidung mereka.
Herald Napitupulu (Project Manager PT. Palapa Timur Telematika) menuturkan, PTT sebenarnya telah melakukan usaha-usaha yang signifikan untuk menjaga keamanan aset dan infrastruktur.
"Kami memasang CCTV untuk pengawasan, pagar listrik, serta membangun pos TNI di area itu. Cuma bagaimanapun lokasi titik site terletak di wilayah pegunungan tinggi yang sulit dijangkau oleh kendaraan darat serta jarak tempuh yang jauh dan tidak berada di lingkungan pemukiman warga, membuat kami hanya dapat melakukan patroli secara berkala," tutur Herald dalam diskusi virtual, Rabu (20/1/2021).
Ia pun menyesalkan aksi seperti ini karena begitu banyak masyarakat yang dirugikan. Herald menyebut saat ini sedang terjadi proses mediasi, baik dengan TNI-Polri, pemimpin masyarakat setempat, serta stakeholder lainnya.
"Proses pemulihan sedang berjalan dan kami sangat terbuka atas masukan serta permintaan informasi dari masyarakat mengenai kejadian ini,” imbuh Herald.