Perusahaan induk Google, Alphabet, menutup lini bisnis Loon yang rencana awalnya bakal menyediakan alternatif jaringan internet yang lebih murah.
Alphabet terpaksa menutup proyek itu karena "terbukti membutuhkan waktu jauh lebih lama dan lebih berisiko dari yang diharapkan," .
Hadir tahun 2011, Loon ingin menghadirkan konektivitas internet ke berbagai wilayah di dunia, namun membangun menara seluler ternyata membutuhkan biaya yang terlalu mahal.
Loon secara teknis menggunakan balon seluas lapangan tenis untuk menerbangkan peralatan jaringan telekomunikasi bertenaga surya ke udara.
Namun, operator nirkabel, yang merupakan target pembeli Loon justru mempertanyakan kelayakan teknis pada teknologi tersebut.
Loon meluncurkan proyek percontohan di Kenya pada 2020, terlambat bertahun-tahun dari jadwal yang ditetapkan.
Teknologi tersebut sebelumnya bisa menjalankan proyek-proyek singkat untuk menyediakan cakupan seluler di Peru dan Puerto Rico ketika menara seluler runtuh akibat bencana alam seperti dikutip Reuters.
Proyek tersebut mempekerjakan 200 orang pada 2019, yang menarik investasi 125 juta dolar AS dari HAPSMobile SoftBank tahun itu.
Loon membuka peluang untuk membagi teknologi itu kepada operator, pemerintah atau kelompok nirlaba.