Find Us On Social Media :

Rahasia Bisnis Huawei Bisa Bertahan dan Untung Meski Ditekan AS

By Adam Rizal, Rabu, 27 Januari 2021 | 11:00 WIB

Pendiri Huawei Ren Zhengfei

Perusahaan teknologi China, Huawei mengalami mimpi buruk yang tiada berakhir selama rezim presiden AS Donald Trump. Trump dengan segala kebijakannya selalu menekan Huawei dari pelbagai sisi dengan alasan keamanan negaranya.

Bahkan, Trump juga meminta para sekutu AS juga ikut-ikutan menekan Huawei dengan melarang bisnis 5G Huawei. Rezim Trump juga memasukkan Huawei dan afiliasinya ke dalam daftar hitam sehingga Huawei tidak bisa leluasa berbisnis dengan perusahaan asal AS mana pun.

Tentunya, kebijakan Trump itu membuat bisnis Huawei susah berkembang terutama lini smartphone Huawei yang masih mengandalkan Google sebagai pemasok sistem operasi Android.

Canalys mengungkapkan pengiriman smartphone Huawei turun hingga 23 persen pada kuartal III-2020. Hebatnya, tekanan AS itu tidak membuat Huawei mengibarkan bendera putih. Bahkan, Huawei masih bercokol di tiga besar vendor smartphone global.

Lantas apa rahasia bisnis Huawei yang membuat masih bertahan dan mengeruk keuntungan?

CEO sekaligus pendiri Huawei, Ren Zhengfei mengungkapkan Huawei melakukan desentralisasi operasional, penyederhanaan lini produk, fokus dalam mengumpulkan keuntungan, dan mempertahankan tingkat gaji selama tiga hingga lima tahun ke depan. Ia mengakui Huawei merasakan kesulitan untuk melakukan globalisasi setelah bisnisnya diperketat Pemerintah AS.

"Ada ketidakcocokan yang besar antara kemampuan dan strategi. Tapi, Kami fokus tetap profit," kata Zhengfei.

Pria berusia 76 tahun itu juga mengatakan, ratusan kader Huawei secara sukarela diturunkan jabatannya untuk menyesuaikan gaji.

Huawei juga menanamkan investasi sebesar 20 miliar dollar AS untuk riset dan pengembangan setiap tahun. Zhengfei mengatakan, pendapatannya hanya 40 persen, sedangkan 60 persen dari anggaran investasi disebut 'dibakar seperti lilin'.

Saat pertama kali AS jatuhkan sanksi, Zhengfei berpikir perusahaannya telah melakukan kesalahan dan tidak patuh terhadap aturan.

"Namun, kemudian serangan kedua lalu ketiga menyusul. Lalu kami sadar mereka ingin kami lenyap, tapi keinginan untuk bertahan juga memotivasi kami," jelas Zhengfei dikutip South China Morning Post.