Layanan streaming film Disney Plus telah meraih 94,9 juta pengguna pada 2 Januari 2021, bertambah 8 juta sejak awal November 2020.
Awalnya, Disney memprediksi Disney Plus akan tumbuh mencapai 60 sampai 90 juta pengguna dalam waktu lima tahun setelah peluncuran.
Melihat pertumbuhannya yang masif, Disney pun mengoreksi ulang prediksi pertumbuhan penggunanya seperti dikutip CNN.
Selain itu, Disney Plus juga mengatakan layanan streaming Disney lainnya, Hulu, telah memiliki 39,4 juta pelanggan di Amerika Serikat, naik 30 persen dari tahun sebelumnya.
Kemudian layanan ESPN Plus juga telah mencapai 12,1 juta pelanggan, naik 83 persen dari tahun lalu. Prestasi Disney Plus sangat sukses jika dibanding platform streaming film lainnya, Netflix.
Sebagai perbandingan, Netflix memiliki jumlah pengguna 200 juta pelanggan pada akhir 2020. Namun, Netflix telah memulai bisnis streamingnya sejak 13 tahun lalu. Sedangkan, Disney Plus baru diluncurkan pada 12 November 2019 dan berhasil meraih hampir setengah pelanggan Netflix.
Di Indonesia, Disney Plus hadir dengan nama Disney+ Hotstar. Aplikasi ini dirilis pada 31 Agustus 2020 dengan total unduhan lebih dari 1 juta di Google Play Store.
Melonjak di RI
Belum genap enam bulan, platform video on demand Disney+ Hotstar sangat cepat menarik perhatian pelanggan dan pencinta film di Indonesia.
Firma riset Media Partners Asia melaporkan Disney+ Hotstar menguasai pasar layanan video berlangganan di Indonesia dengan total pelanggan berbayar 2,5 juta, terpaut jauh dibanding pengguna berbayar Netflix yang mencapai 850.000 pengguna.
Netflix juga masih kalah dari platform asal Hong Kong, Viu yang memiliki 1,5 juta pengguna berbayar. Sementara, Vidio berada di urutan ketiga dengan 1,1 juta pengguna berbayar.
Apa saja faktor yang membuat Disney+ Hotstar sangat digemari orang Indonesia?
Selain harganya yang bersaing dengan Netflix, Disney+ Hotstar menawarkan pilihan film lokal yang lebih banyak dan model kemitraan dengan Telkomsel. Strategi bisnis itu mendongkrak jumlah pengguna Disney Plus Hotstar di Indonesia.
Kemitraan Telkomsel dan Disney+ Hotstar sudah dimulai sejak bulan September 2020, tepat ketika Disney+ Hotstar dirilis di Indonesia. Kemitraan ini membuat pengguna Telkomsel lebih mudah berlangganan Disney+ Hotstar.
Begitu pula dengan Viu yang menawarkan beragam pilihan berlangganan dengan aneka harga mulai Rp15.000 per bulan dengan kemudahan pembayaran yang dilakukan via dompet digital seperti GoPay dan OVO.
Ironisnya, Netflix masih mengharuskan penggunaan kartu kredit untuk berlangganan. Viu dan Vidio, di sisi lain terus mengalami peningkatan jumlah pengguna mobile. Keduanya memiliki layanan freemium, di mana penonton bisa menyaksikan film atau serial dengan gratis dengan subsidi iklan.
Vidio mendapat keuntungan dari drama lokal orisinil dan Viu memanfaatkan serial drama Korea yang memang pasarnya cukup besar di Indonesia.
Riset Media Partners Asia juga mengungkap peningkatan jumlah pengguna layanan streaming film yang signifikan di Indonesia.
Jumlah pengguna berbayar melonjak dari 3,4 juta menjadi 7 juta dalam waktu empat bulan, terhitung sejak 5 September 2020 sampai 6 Januari 2021. Kendati demikian, jalan Indonesia masih panjang.
"Jumlah kumulatif pelanggan baru mewakili tiga persen dari total populasi dan 10 persen dari rumah tangga," kata Wakil President Media Partners Asia dan AMPD MD Anthony Dobson, dihimpun dari Variety.
Dalam dua tahun terakhir, sektor video on demand di Indonesia cukup seret setelah lengsernya iFlix dan HOOQ. Namun, beberapa pendatang baru tiba dengan penawaran-penawaran lebih segar.
Selain Disney+ Hotstar, ada pula platform streaming asal Cina, iQIYI dan WeTV, yang disokong oleh perusahaan raksasa Tencent. Indonesia, yang memiliki 196 juta pengguna internet menjadi pasar yang menarik bagi perusahaan over the top (OTT) Cina dan Amerika Serikat.
Sebagaimana dihimpun Variety, apabila dirata-rata, orang Indonesia berlangganan 2,8 layanan saat ini, meningkat dari kuartal I yang tercatat sebesar 2,1 layanan.