SpaceX mulai menguji coba jaringan internet Starlink untuk pengguna di Amerika Serikat pada akhir 2020. Kini, Starlink mulai membuka pre-order (pemesanan awal) ke calon pengguna yang lebih luas.
Jika berminat, pemesanan bisa dilakukan dengan mengunjungi website Starlink lalu mengisi alamat e-mail dan alamat rumah. Ketika memasukkan alamat wilayah Jakarta, Starlink "ditargetkan akan menjangkau wilayah Anda pada tahun 2022". Belum ada informasi lebih lanjut, apakah Indonesia termasuk wilayah operasional Starlink.
Pemesan diwajibkan membayar deposit sebesar 99 dolar AS atau sekitar Rp1,3 juta (kurs Rp14.000). Dalam keterangannya di situs web, deposit akan sepenuhnya bisa dikembalikan.
Namun, bukan deposit saja yang harus dibayarkan. Pemesan juga harus membeli Starlink Kit yang terdiri dari antena parabola, router WiFi, dan pemasok daya yang totalnya 499 dolar AS (sekitar Rp6,9 juta) seperti dikutip The Verge,
Selama uji coba, pengguna bisa menggunakan Internet dengan kecepatan mulai dari 50-150 Mbps dan latensi mulai dari 20-40 ms. Sebelum membuka pre-order lebih luas, SpaceX mengirim undangan ke calon pengguna potensial.
Dalam pre-order berbasis undangan itu, SpaceX menyebut sudah ada 10.000 pengguna awal yang bergabung. SpaceX pun bekerja sama dengan pemerintah daerah di Amerika Serikat. SpaceX juga telah mengantongi persetujuan dari regulator di Kanada dan Inggris dan berencana menyasar lebih banyak negara.
Sistem pre-order dengan membayar deposit itu sama persis dengan sistem pemesanan mobil listrik Tesla. Tesla sengaja mengundang beberapa calon pembeli potensial untuk memesan mobil listrik yang belum sepenuhnya tersedia.
Rencana Bisnis
Tentunya, Starlink ingin mengumpulkan uang muka untuk membantu menopang perusahaan. Dalam situs web Starlink, ada sebuah keterangan berbunyi bahwa pembayaran deposit "tidak menjamin ketersediaan Kit dan layanan Starlink".
Untuk menyediakan layanan internet Starlink, SpaceX meluncurkan 1.000 satelit ke low-Earth orbit (LEO) atau orbit Bumi rendah.
Nantinya, Starlink akan menjadikan lini bisnis SpaceX untuk konsumen. Pendapatan Starlink akan digunakan untuk pengembangan roket SpaceX ke Mars. Setelah pre-order, Musk mengunggah twit melalui akun dengan handle @elonmusk, yang mengatakan bahwa Starlink akan berencana melakukan IPO.
"Saat kami bisa memprediksi arus keuangan yang cukup baik, Starlink akan IPO," tulis Musk.
Musk melanjutkan, SpaceX harus bisa menghindari arus kas negatif dalam beberapa tahun ke depan atau membuat Starlink memiliki keuangan yang stabil.
"Saat ini, kami (SpaceX) adalah perusahaan privat, tapi Starlink adalah jenis bisnis yang tepat yang bisa kami teruskan untuk menjadi perusahaan publik," kata Shotwell saat itu.
Musk berharap Starlink punya nasib lebih baik dibanding konstelasi satelit baru yang selama ini sudah ada dan kemudian bangkrut.
"Kami berharap jadi pertama yang tidak (bangkrut)," katanya.
Selain SpaceX, Amazon juga memiliki rencana yang sama dengan proyek Kuiper. Konstelasi Kuiper rencananya akan memasang 3.000 satelit internet di LEO.
Ada pula perusahaan operator telekomunikasi asal Canada, yakni Telesat yang juga berencana meluncurkan konstelasi Lightspeed pada tahun 2023.
Musk dan Bezos berinvestasi sekitar Rp10 miliar untuk masing-masing konstelasi satelit mereka demi bersaing satu sama lain.