CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin buka suara soal rencana perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ia mengatakan perusahaan rintisan (startup) sangat penting bagi perusahaan untuk dapat memilih akses terhadap modal dan menjadi perusahaan terbuka sangat penting bagi Bukalapak untuk terus meningkat transparansi bisnisnya.
"Kami memikirkannya di Bukalapak. Pertama-tama perusahaan adalah unicorn yang telah ada selama satu dekade, memiliki akses ke pasar modal adalah sesuatu yang baik dan penting bagi kami," ucapnya dalam wawancara seperti dihimpun Bloomberg.
Namun, Rachmat belum bisa membeberkan kapan rencana IPO tersebut akan direalisasikan tetapi Bukalapak terus mempersiapkan menjadi perusahaan terbuka. Bukalapak juga terus mengejar target untuk dapat meraup profit.
"Apa yang dapat kami katakan hari ini adalah bahwa kami adalah salah satu perusahaan yang ingin menyampaikan berita itu kepada publik jika sudah jelas apa yang akan dilakukan," ucapnya.
Sepanjang 2020, Rachmat mengatakan total pendapatan transaksi tumbuh dua digit dan jumlah pelapak di dalam platform online maupun offline meningkat dari 9 juta menjadi 13,5 juta.
"Saya pikir pada dasarnya dalam beberapa tahun terakhir sebenarnya transaksi kami meningkat tiga kali lipat. Kami meningkatkan EBITDA kami menjadi 80 persen dan mudah-mudahan beberapa tahun ke depan kami akan mencapai itu (keuntungan)," tuturnya.
Traveloka
Selain Bukalapak, Traveloka, juga belum lama ini menyatakan siap menjadi perusahaan publik. Bahkan, perusahaan layanan pemesanan tiket online tersebut melirik penawaran saham perdana di bursa saham AS, Wall Street.
Head of Corporate Communications Traveloka Reza Amirul Juniarshah menuturkan IPO di Wall Street memberikan keuntungan bagi perusahaan, yaitu mempertemukan Traveloka dengan perusahaan teknologi kelas dunia.
"Sebagai salah satu perusahaan teknologi terdepan di Asia Tenggara, kami merasa bahwa pencatatan Traveloka di Wall Street akan menempatkan kami pada liga yang sama dengan perusahaan teknologi kelas dunia lainnya yang juga tercatat di sana," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, pekan lalu.
Meski demikian, ia menyatakan Traveloka tetap mempertimbangkan untuk melantai di BEI. Saat ini, unicorn, atau startup dengan valuasi di atas US$1 miliar tersebut masih dalam tahap finalisasi perencanaan serta pemilihan rute terbaik menjadi perusahaan publik.
"Sebagai perusahaan teknologi dari Indonesia dengan aktivitas operasional di Asia Tenggara dan Australia, Traveloka tentu tetap mempertimbangkan BEI sebagai lokasi melantai di Indonesia," ujarnya.