Setelah menjadi entitas keuangan baru, Fazz Financial Group (FFG) langsung fokus pada penguatan infrastruktur dan penawaran produk. Hal ini dilakukan dengan menghadirkan dua produk baru, yang pertama adalah menghadirkan solusi pembayaran tanpa integrasi yang ditargetkan bagi pedagang yang berbasis di Singapura. Sementara produk kedua yaitu menghadirkan solusi integrasi tunggal untuk menghubungkan perusahaan / pengusaha dengan fintech yang ingin memasuki Asia Tenggara dengan metode pembayaran lokal di wilayah tersebut. Hal ini juga didukung dengan bantuan untuk menjangkau konsumen yang tidak memiliki akses perbankan. Kedua produk ini direncanakan bakal hadir mulai kuartal kedua tahun 2021.Fazz Financial Group (FFG) sendiri terbentuk dari hasil dari investasi strategis PAYFAZZ sebesar US $30 juta terhadap Xfers, fintech berbasis Singapura. FFG hadir sebagai bagian untuk mengawasi misi gabungan dalam menyediakan akses dan inklusi keuangan melalui layanannya di seluruh Asia Tenggara. PAYFAZZ merupakan salah satu dari beberapa perusahaan start-up teknologi yang berfokus pada memperbaiki akses keuangan yang kurang dengan menemukan cara yang inovatif untuk lebih memberikan masyarakat Indonesia akses kepada layanan keuangan. PAYFAZZ saat ini mengoperasikan jaringan perbankan berbasis agen terbesar dengan lebih dari 250.000 agen terdaftar.Sementara itu dengan investasi ini, Xfers akan berfungsi sebagai layanan business-to-business (B2B) dari FFG. Di Indonesia, Xfers saat ini menghubungkan bisnis online ke berbagai metode pembayaran yang meliputi transfer bank, e-wallet, dan saluran offline seperti jaringan agen perbankan dan toko serbaguna.Kerja sama ini menandai salah satu transaksi lintas batas pertama antara dua startup fintech di Asia Tenggara yang juga merupakan lulusan program akselerator Y Combinator. Dan meski berada dalam entitas baru, kedua perusahaan ini tetap mempertahankan namanya masing-masing selama beroperasi di bawah entitas keuangan tersebut.Terlepas dari pertumbuhan inklusi keuangan di Asia Tenggara, sebagian besar penduduk di kawasan ini masih belum memiliki akses ke layanan keuangan dasar. Menurut Fitch Ratings, Asia Tenggara merupakan rumah bagi sekitar 290 juta penduduk yang tidak memiliki akses terhadap layanan perbankan. Meskipun inklusi keuangan yang digerakkan secara digital sudah lazim di beberapa negara Asia Tenggara, masih terdapat banyak wilayah yang masih belum terlayani.