Find Us On Social Media :

Tak Bisa Gantikan Dolar AS, Bos The Fed: Bitcoin Aset untuk Spekulasi

By Adam Rizal, Rabu, 24 Maret 2021 | 14:00 WIB

Ilustrasi Bitcoin

Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menegaskan cryptocurrency atau mata uang kripto seperti Bitcoin tidak dapat menggantikan fungsi dolar AS.

"Aset kripto sangat mudah berubah, lihat Bitcoin. Bitcoin benar-benar tida berguna sebagai penyimpan nilai," kata Powell dalam telekonferensi yang diselenggarakan oleh Bank of International Settlements seperti dikutip dari MarketWatch.

Powell juga menegaskan bahwa aset kripto seperi Bitcoin hanya merupakan alat spekulasi. "Mereka tidak didukung oleh apa pun. Mereka lebih merupakan aset untuk spekulasi," ucapnya.

Bitcoin turun sedikit sepanjang hari setelah pernyataan Powell. Mata uang kripto itu diperdagangkan tepat di atas USD57.000 pada siang hari waktu AS, atau naik sekitar 98 persen (year-to-date/ytd).

Sepanjang setahun terakhir, Bitcoin melejit setelah sejumlah perusahaan besar menggunakannya sebagai alat tukar.

Perusahaan termasuk Tesla, MicroStrategy, dan Square semuanya telah berinvestasi dalam bentuk mata uang kripto.

Tak hanya itu, para pemain di sektor keuangan mulai terbiasa menggunakan cryptocurrency sebagai aset alternatif.

Perkembangan positif tersebut membantu lonjakan Bitcoin setinggi USD61.742 awal bulan ini karena lebih banyak investor mencari untung dari popularitas token yang semakin meningkat.

Powell mengaku ragu cryptocurrency dan kasus penggunaannya. Token itu mungkin pengganti emas, tetapi perubahan harga yang liar membuatnya tidak layak untuk menggantikan dolar.

Walaupun mata uang kripto tidak mungkin didukung The Fed, bank sentral telah mempertimbangkan untuk membuat mata uang digitalnya sendiri.

The Fed bermitra dengan peneliti MIT pada bulan Agustus untuk membangun dan menguji mata uang digital bank sentral.

Meski begitu, Powell menegaskan bahwa, meskipun bank masih mempelajari potensi dolar digital, pemeriksaan serius diperlukan sebelum mata uang semacam itu diterapkan.

"Untuk bergerak maju dalam hal ini, kami membutuhkan dukungan dari Kongres, dari administrasi, dari elemen masyarakat luas, dan kami belum benar-benar memulai pekerjaan keterlibatan publik itu," katanya, dikutip dari Business Insider.

Harga Bitcoin pada awal pekan lalu turun meninggalkan rekor tertingginya. Per hari Senin, 15 Maret 2021, Bitcoin berada di sekitar level US$ 60.000 atau sekitar Rp 864,3 juta (asumsi kurs Rp 14.404 per dolar AS).

Mata uang digital terpopuler itu terpeleset menjadi US$ 58.957 atau sekitar Rp 849,3 juta di perdagangan Asia. Padahal pada Sabtu pekan lalu, Bitcoin menembus rekor US$ 61.782 atau sekitar Rp 889,9 juta.