Tekanan pemerintah AS membuat Huawei berpikir ulang untuk terus bertahan di bisnis hardware.
Banyak isu beredar, Huawei bakal mengalihkan bisnisnya ke industri software seperti cloud sampai mobil pintar, menyusul sejumlah bisnis Huawei yang diresmikan beberapa waktu belakangan.
Pekan lalu, produsen mobil Arcfox menghadirkan mobil yang diperkuat teknologi Huawei, termasuk sistem operasi HarmonyOS serta kemampuan mengemudi otonom. Huawei memang tidak membuat perakitan mobil tetapi Huawei fokus mengembangkan teknologi yang menggerakan mobil tersebut.
Tak hanya otomotif, Huawei juga menghadirkan beberapa produk cloud baru yang akan bersaing dengan raksasa Cina lainnya, Alibaba.
"Pada akhirnya, hal ini akan meningkatkan proporsi dari bisnis software dan layanan kami dalam gabungan pemasukan total," jelas Huawei seperti dikutip CNBC.
Proses migrasi bisnis itu muncul karena adanya sanksi AS terhadap Huawei yang menyebabkan pendapatan bisnis smartphone anjlok.
Sudah menjadi rahasia umum, Huawei masuk ke dalam daftar hitam, yang dikenal sebagai Daftar Entitas, pada 2019 yang berdampak pada terbatasnya akses ke teknologi AS.
Kemudian tahun lalu, AS juga memutuskan untuk menghentikan pasokan semikonduktor ke Huawei.
Neil Shah selaku Research Director di Counterpoint Research menyatakan, sanksi AS membuat Huawei menjadi kesulitan memperoleh komponen semikonduktor penting dan teknologi terkait dari AS.
Pada akhirnya, mereka kemudian mengalihkan bisnis ke software, cloud, dan layanan.
"Huawei menggandakan bisnisnya menjadi perusahaan software/cloud dan layanan. Dengan upaya ini, Huawei akan menjadi seperti Google," jelas Shah.
Pertumbuhan Bisnis
Perusahaan teknologi global, Huawei membukukan kinerja positif di tengah tantangan pandemi dan sanksi dari Amerika Serikat.
Huawei sepanjang 2020 mencatatkan pendapatan CNY891,4 miliar (US$136,7 miliar), naik 3,8% year-on-year (yoy). Sementara, laba bersih meningkat 3,2% yoy mencapai CNY64,6 miliar (US$9,9 miliar).
Kendati menghadapi kesulitan operasional akibat sanksi AS pada 2019 dan 2020, Huawei tetap mengundang KPMG untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan secara independen dan objektif.
Dokumen yang dihasilkan KPMG merupakan opini audit standar yang tidak dimodifikasi. Apa pun situasinya, Huawei menekankan akan terus menerapkan transparansi dengan mengungkapkan data operasional kepada pemerintah, pelanggan, pemasok, karyawan, dan mitra.
Pada 2020, Huawei berhasil memastikan bisnis operatornya berjalan stabil pada lebih dari 1.500 jaringan di lebih dari 170 negara dan wilayah, sehingga membantu kegiatan pekerjaan jarak jauh, pembelajaran online, dan belanja online akibat pandemi COVID-19.
Bekerja sama dengan operator di seluruh dunia, Huawei mengklaim membantu memberikan pengalaman konektivitas yang terdepan dengan lebih dari 3.000 proyek inovasi 5G pada lebih dari 20 industri, seperti pertambangan batu bara, produksi baja, pelabuhan, dan manufaktur.
Sepanjang tahun lalu, lini bisnis enterprise Huawei meningkatkan upaya dalam mengembangkan solusi berbasis skenario yang inovatif untuk berbagai industri dan menciptakan ekosistem digital yang tumbuh subur dalam kreasi bersama dan berbagi keberhasilan.
Selama pandemi, Huawei memberikan keahlian teknis dan solusi yang penting dalam perang melawan virus. Contohnya, solusi diagnostik AI-assisted berbasis HUAWEI CLOUD yang membantu rumah sakit di seluruh dunia mengurangi beban infrastruktur medis mereka. Huawei juga bekerja dengan para mitra untuk meluncurkan platform pembelajaran online berbasis cloud kepada lebih dari 50 juta siswa sekolah dasar dan menengah.