Bank Indonesia (BI) memprediksi transaksi uang elektronik tembus Rp226 triliun tahun ini. Pertumbuhan transaksi uang elektronik didorong oleh perkembangan digitalisasi dan pandemi covid-19 sehingga orang mengurangi transaksi lewat uang kartal.
"Transaksi uang elektronik tumbuh sekitar 32,3 persen menjadi Rp266 triliun, jadi penggunaan uang kertas dan logam akan berkurang, orang akan lebih nyaman menggunakan uang elektronik," ujar Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam acara Perempuan Tangguh di Era Digital.
BI mencatat nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp21,4 triliun atau tumbuh 42,46 persen secara tahunan per Maret 2021.
Selain itu, bank sentral memprediksi nilai transaksi e-commerce meningkat 33,2 persen menjadi Rp337 triliun pada tahun ini. Ia menuturkan potensi tersebut diimbangi oleh percepatan transformasi sistem pembayaran yang efektif.
BI juga telah telah mengembangkan teknologi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang merupakan standardisasi pembayaran menggunakan metode QR Code. Bahkan, BI menaikkan limit atau batas nilai transaksi menggunakan QRIS dari Rp2 juta menjadi Rp5juta per transaksi per 1 Mei 2021.
Destry berharap layanan itu makin memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi menggunakan digital.
"Saat ini, sudah lebih dari 7 juta pengguna QRIS, dan kami lihat transaksi ini makin lama makin meningkat, sehingga batasan QRIS yang tadinya Rp2 juta kami sekarang longgarkan menjadi Rp5 juta," terangnya.
Ia menuturkan Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang besar. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Google dan Temasek, potensi ekonomi digital di Indonesia bisa mencapai US$124 miliar pada 2025 mendatang.
Angka itu tumbuh pesat dari potensi ekonomi digital di 2020 lalu yang sebesar US$44 miliar. Namun, proyeksi itu tentunya harus diimbangi dengan pembangunan infrastruktur digital pendukungnya.
"Kami terus rapat dengan Kementerian Keuangan. Mereka juga katakan dengan covid-19 ini membuat alokasi infrastruktur yang tadinya untuk telekomunikasi relatif terbatas akhirnya dinaikkan, karena kita semua paham game changer ke depan adalah ekonomi dan keuangan digital, sehingga harus di-support infrastruktur dengan optimal," jelasnya.