Find Us On Social Media :

Duh! Apple Bocorkan Mayoritas Data-data Penggunanya ke Pemerintah AS

By Adam Rizal, Minggu, 13 Juni 2021 | 11:00 WIB

Apple

Masalah keamanan dan privasi selalu menjadi masalah besar dalam industri teknologi. Baru-baru ini Apple dituding membocorkan sebagian besar data-datanya penggunanya ke pemerintah AS.

Jika isu itu benar, maka akan menjadi tamparan keras ke wajah Apple karena selama ini Apple mengklaim sangat menjaga rahasia pengguna produknya.

Pemerintah AS percaya bahwa Huawei membocorkan informasi pengguna kepada Pemerintah China. Jika laporan baru-baru ini benar, maka Apple melakukan hal yang sama dengan Pemerintah Biden.

New York Times melaporkan Apple memberikan sejumlah besar data privasi pengguna kepada Gedung Putih dan setidaknya dua anggota Kongres AS telah membocorkan data mereka ke pemerintah.

Sebagai tanggapan, Apple mengklaim bahwa mereka sekarang memiliki peraturan yang lebih ketat tentang merilis informasi pengguna kepada pemerintah.

Pada 6 Februari 2018, Apple menerima panggilan pengadilan dari Departemen Kehakiman AS. Sesuai persyaratan panggilan pengadilan, Apple memberikan nama pengguna dan catatan telepon terkait dengan 109 alamat email dan nomor telepon.

Apple, mengatakan, tanpa menyadarinya, mereka telah menyerahkan data dan informasi tentang staf kongres dan keluarga mereka. Setidaknya dua anggota Kongres, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat saat itu, Adam B Schiff dari California.

Schiff saat itu adalah pemimpin tertinggi Demokrat di Komite Intelijen DPR. Dia kini menjabat sebagai ketua panitia. Belakangan terbukti bahwa tindakan mengeluarkan somasi itu merupakan bagian dari penyelidikan ekstensif oleh Pemerintah AS atas kebocoran informasi rahasia.

Insiden ini telah menjerumuskan Apple ke pusat badai opini publik. Ini juga mengungkap kisah orang dalam dari perusahaan yang berurusan dengan permintaan penegakan hukum yang besar dari AS.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah permintaan ini telah melonjak hingga ribuan kali sepekan, membuat raksasa teknologi seperti Apple, Google, dan Microsoft berjuang untuk berjalan di antara lembaga penegak hukum, pengadilan, dan pelanggan mereka.

Tentu saja, perusahaan-perusahaan ini menjanjikan pelanggan mereka bahwa privasi mereka sangat aman. Namun, tampaknya jika itu adalah permintaan Pemerintah AS, data pengguna terbuka lebar untuk 'pengeboran".

Pada paruh pertama 2020, dalam menanggapi 238 permintaan yang dibuat oleh Pemerintah AS untuk data pelanggan, Apple telah menimbulkan keraguan, terhitung 4% dari jumlah total permintaan yang diterima oleh Apple selama periode waktu tersebut.

Dalam penyelidikan yang sama terhadap kebocoran tersebut, Google tidak memenuhi persyaratan panggilan pengadilan dan menolak untuk mengirimkan data email dari empat wartawan New York Times tahun ini. Menurut pengacara New York Times, Google harus memberi tahu surat kabar tentang permintaan pemerintah.