Find Us On Social Media :

Inilah Lima Cyber Security Threat yang Populer untuk Tahun 2021

By Cakrawala, Selasa, 15 Juni 2021 | 10:00 WIB

Ilustrasi cyber security threat.

Seperti yang sebelumnya InfoKomputer sampaikan di sini, cyber security alias keamanan siber saat ini menjadi makin penting. Pasalnya, makin banyaknya penggunaan komputer dan jaringan komputer dalam kehidupan umat manusia sehari-hari plus makin banyaknya jumlah serangan terhadapnya.

Menurut perkiraan Internet World Stats contohnya, jumlah pengguna internet di dunia pada kuartal pertama tahun 2021 adalah lebih dari 5 miliar; meningkat sekitar 1.300% dibandingkan tahun 2000. Sementara, menurut Deep Instinct misalnya, jumlah cyber attack menggunakan malware mengalami peningkatan sebesar 358% pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019.

Pada tahun 2021 ini berbagai pihak menilai bahwa cyber attack alias serangan siber belum akan mereda. Kaspersky misalnya menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 bisa membuat munculnya berbagai gelombang kemiskinan yang kemungkinan meningkatkan kejahatan, termasuk melakukan cyber attack.

Sejumlah pihak pun menyampaikan prediksinya akan cyber security threat alias ancaman terhadap keamanan siber yang populer untuk tahun 2021. Tentunya prediksi-prediksi yang disampaikan tidak serupa. Berikut adalah lima cyber security threat populer untuk tahun 2021 yang diprediksikan sejumlah pihak itu.

1. Cyber Attack Memanfaatkan COVID-19

Pada tahun 2020, banyak cyber attack yang memanfaatkan COVID-19. Tak heran karena pandemi COVID-19 yang berlangsung membuat informasi akan COVID-19 menarik untuk banyak orang. Microsoft contohnya menemukan bahwa cyber attack bertemakan COVID-19 mencapai lebih dari 5 juta secara global pada hari yang menjadi puncaknya pada awal Maret 2020. Meski sudah mengalami penurunan menjadi ratusan ribu, tetapi diperkirakan cyber attack bertemakan COVID-19 akan terus ada selama pandemi COVID-19 berlangsung, termasuk pada tahun 2021. Salah satu metode yang populer adalah phishing.

2. Ransomware Attack

Menurut penulusuran Kaspersky, jumlah keseluruhan pengguna yang bertemu ransomware pada tahun 2020 mengalami penurunan sekitar 29% dibandingkan tahun 2019. Namun, jumlah pengguna yang terdampak targeted ransomwareransomware yang didesain untuk pengguna tertentu — meningkat drastis, dari 985 pada tahun 2019 menjadi 8.538 pada tahun 2020. Dengan kata lain peningkatannya sekitar 767%. Kaspersky meyakini bahwa ransomware attack yang menyasar orang banyak pada tahun 2021 akan jarang, tetapi bukan berarti tidak ada. Kaspersky meyakini bahwa ransomware attack pada tahun 2021 dan ke depannya akan berfokus pada suatu organisasi atau sejumlah organisasi.

3. DDoS Attack

Pada tahun 2020, DDoS (distributed denial-of-service) attack mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. NETSCOUT misalnya mengobservasi sebanyak 10.089.687 DDoS attack pada tahun 2020; lebih tinggi dari sekitar 8.500.000 pada tahun 2019. Salah satu “senjata” yang digunakan penyerang dalam melakukan DDoS attack adalah perangkat IoT (internet of things). Pasalnya, tak jarang perangkat IoT tidak memiliki perlindungan yang memadai dari cyber attack. NETSCOUT pun menyebutkan contoh malware yang secara spesifik menyasar perangkat IoT dan beredar di dunia meningkat lebih dari 100% pada tahun 2020 dibandingkan sebelumnya. DDoS attack ini dipercaya pula akan tetap populer pada tahun 2021.

4. Supply Chain Attack

Menurut ITRC (Identity Theft Resource Center), di Amerika Serikat terjadi peningkatan supply chain attack sebesar 42% pada kuartal pertama tahun 2021 dibandingkan kuartal keempat tahun 2020. Sejumlah pihak meyakini meningkatnya supply chain attack tersebut berkat makin terhubung dan bergantungnya suatu sistem dengan sistem yang lain. Selain itu, banyanya orang yang terpengaruh oleh suatu supply chain attack yang berhasil juga menjadi nilai tambah untuk penyerang. Menurut ITRC banyaknya orang yang terpengaruh supply chain attack pada kuartal pertama 2021 tadi adalah sekitar 7.000.000. Padahal organisasi yang terdampak “hanya” sebanyak 137.

5. Password Attack

Meski banyak pihak yang menilai password sudah “kuno”, berdasarkan studi yang dilakukan EMA (Enterprise Management Associates) pada tahun 2019, sebanyak 64% organisasi masih mengandalkan password sebagai metode autentikasi utama untuk pengguna. Dengan kata lain, password masih menjadi metode autentikasi yang dominan pada organisasi. Selain itu, berdasarkan studi Google pada tahun bersangkutan, 52% pengguna menggunakan password yang sama untuk beberapa akun. G DATA pun menilai tren tersebut tidak berubah banyak pada tahun 2021. Oleh karena itu G DATA meyakini password attack masih tetap populer pada tahun 2021.