Jan Koum (Pendiri WhatsApp) mengumumkan pengunduran diri dari Facebook karena malu dan kecewa dengan skandal Cambridge Analytica yang menimpa Facebook. Skandal itu membuat 80 juta data pengguna Facebook bocor untuk kepentingan politik.
"Saya ingin meluangkan waktu untuk hal-hal yang saya sukai selain teknologi, misalya koleksi Porsche langka, mengotak-atik mobil dan main frisbee. Tapi, saya masih memperhatikan WhatsApp, dari jauh," katanya di laman Facebooknya seperti dikutip Ars Technica.
"Saatnya pergi, ini waktu saya untuk move on," lanjutnya.
Facebook mengakuisisi WhatsApp senilai USD22 miliar atau Rp302 triliun pada 2014 dan kini memiliki sebanyak 1,5 miliar orang di seluruh dunia. Dalam kesepakatan aksi korporasi besar ini, Acton mengantongi USD 3 miliar atau sekitar Rp41 triliun dan memiliki nilai kekayaan bersih sebanyak USD 5,5 miliar atau sekitar Rp75 triliun.
Mark Zuckerberg (CEO Facebook) mengucapkan ia berterima kasih atas segala hal kinerja dan jerih payah Koum serta menganggap Koum sebagai mentornya.
"Saya berterima kasih atas segala hal yang pernah Anda lakukan untuk menghubungkan orang-orang di dunia, juga semua yang pernah Anda ajarkan pada saya termasuk soal enkripsi. Nilai-nilai ini akan selalu ada di jantung WhatsApp," kata Zuckerberg.
"Yang pasti, saya akan merindukan kerja bersamamu," tulis Zuck.
Keputusan Koum yang keluar dari Facebook itu mengembuskan dugaan perselisihan mengenai kerahasiaan data pengguna. Laman The Washington Post menyebutkan Koum keluar karena berselisih paham dengan masalah strategi dan ia keluar dari direksi Facebook. Koum menentang strategi Facebook yang memanfaatkan data pribadi pengguna WhatsApp dan melemahkan keamanannya.
Brian Acton (seorang pendiri Facebook lainnya) telah terlebih dahulu keluar dan khawatir terhadap keamanan Facebook. Bahkan, ia turut mengunggah tanda pagar #DeleteFacebook.
Facebook menolak berkomentar mengenai pengganti Jan Koum dan rencana mendatang untuk bisnis WhatsApp.