Find Us On Social Media :

Separuh Pelaku Manufaktur & Supply Chain Di ASEAN Merasa Ketinggalan dalam Digitalisasi

By Liana Threestayanti, Jumat, 9 Juli 2021 | 21:45 WIB

Ilustrasi Rantai Pasok (Supply Chain)

Menurut hasil survei AIBP dan Oracle, hampir separuh (46,6%) responden dari perusahaan manufaktur dan supply chain meyakini perusahaannya ketinggalan dalam hal pemanfaatan tool digital untuk proses bisnis.

Survei yang digelar sepanjang bulan Maret hingga April tersebut diikuti oleh 193 profesional yang umumnya berlatar belakang TI, inovasi, dan bisnis dari perusahaan manufaktur dan supply chain di Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Industri manufaktur memainkan peran penting bagi ekonomi lokal di negara-negara Asia Tenggara. Di negara-negara seperti, Singapura, Indonesia, Malaysia, dan Thailand, sektor ini menyumbangkan lebih dari 20% dari PDB.

Ketegangan dalam perdagangan antara AS dan China menumbuhkan harapan terhadap sektor manufaktur untuk berkontribusi di pasar seperti Indonesia dan Vietnam. Di saat yang sama, pemerintah fokus pada peningkatan kemampuan manufaktur dengan menerapkan kebijakan untuk mendorong dan mendukung inisiatif Industry 4.0.

Survei tersebut juga menemukan bahwa  46,6% responden yakin bahwa prioritas utama implementasi solusi digital adalah mendorong efisiensi operasional guna mengurangi biaya. Sedangkan 16,6% berpendapat implementasi itu untuk meningkatkan atau menciptakan peluang baru untuk meraih pendapatan. 

Akibat pandemi, disrupsi pada supply chain terjadi di berbagai industri. Beberapa perusahaan berupaya keras mengatasi fluktuasi yang tidak biasa pada supply dan demand. Sementara beberapa yang lain sudah lebih siap menghadapi disrupsi. 

Thossaporn Petporee, SVP dan anggota digital committee Charoen Pokphand Foods menggambarkan bagaimana  Charoen Pokphand Foods berada selangkah di depan dalam transformasi digital setelah berhasil melalui disrupsi akibat pandemi flu burung dan flu babi. “Setiap kali terjadi pandemi, kami mempersiapkan diri lebih baik. Di peternakan kami, kami memiliki biosecurity terbaik dan AI untuk mengidentifikasi hewan di area peternakan dan penjualan. Kami melakukannya dengan baik karena selalu memperbarui diri, dan memberikan tantangan pada diri kami sendiri," jelas  Thossaporn Petporee. 

Dan pandemi saat ini membawa Charoen Pokphand untuk mengembangkan solusi online yang inovatif seperti Vet Online dan chatbots. Solusi ini tersedia untuk semua peternak yang tergabung di jaringan perusahaan dan memungkinkan diagnosis penyakit pada ternak secara jarak jauh. Sebagai hasilnya, keuntungan bersih Charoen Pokphand Foods meningkat 41% pada 2020.

Meski hasil survei memperlihatkan sikap pelaku industri manufaktur yang sedikit pesimis, tapi pada kenyataannya perusahaan di industri manufaktur dan supply chain terus berinovasi. Pada tahun 2020, 3 dari 10 pemenang ajang tahunan ASEAN Enterprise Innovation Awards datang dari sektor industri ini, di antaranya Kalbe Farma dan Astra International. Kedua perusahaan melakukan transformasi digital yang di antaranya berupa integrasi ERP ke semua unit bisnis sehingga memungkinkan connected supply chain yang akan memberikan real time feedback dari keseluruhan value chain.  

“Ada kebutuhan mendesak untuk melakukan reorganisasi supply chain di 2020 dan karena adanya pemblokiran Terusan Suez. Dan perusahaan manufaktur segera menyadari bahwa sistem in-house yang ada tidak cukup untuk menciptakan proses logistik yang kokoh dan resilient yang dapat menjaga bisnis tetap efisien," jelas Michael Lim, GTM Leader, ERP & Digital Supply Chain, Oracle. Menurutnya, dengan kemampuan baru dibenamkan pada Oracle Fusion Cloud Supply Chain Management setiap kuartal, Oracle ingin membantu pelanggan menyederhanakan proses logistik agar dapat memenuhi pesanan dengan lebih cepat, lebih murah, dan lebih sustainable untuk mencapai operational excellence seperti yang diinginkan perusahaan.