Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) akan memegang peranan sangat penting di masa depan terutama di sektor teknologi. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan BPPT membutuhkan kekuatan infrastruktur yang mampu melayani segenap kegiatan riset dan inovasinya untuk mewujudkan pusat kecerdasan teknologi Indonesia, terutama pada bidang kecerdasan artifisial (KA) atau kecerdasan buatan.
Hammam mengatakan BPPT telah melakukan investasi perangkat high performance computing untuk dapat melayani kegiatan pengembangan modelling KA. Salah satu perangkat yang telah dimiliki oleh BPPT saat ini adalah NVIDIA DGX A100.
“Kehadiran infrastruktur yang memadai, maka kegiatan pengembangan aplikasi yang memanfaatkan KA akan semakin berkembang,” tambahnya.
NVDIA DGX A100 adalah sistem universal untuk semua beban kerja KA yang menawarkan kepadatan komputasi, kinerja dan fleksibilitas dalam sistem KA 5 peta FLOPS pertama di dunia. Perangkat ini menampilkan akselerator tercanggih di dunia, GPU NVIDIA A100 Tensor Core.
Deputi Kepala BPPT Bidang TPSA Yudi Anantasena menambahkan seringkali BBTMC diminta untuk melaksanakan operasi TMC untuk memadamkan api kebakaran hutan dan lahan pada saat puncak musim kering, di mana awan-awan potensial sudah sangat berkurang, sehingga operasi TMC menjadi kurang efektif dan efisien.
“Untuk itu diharapkan kegiatan riset dan inovasi di BBTMC dapat menggunakan metodologi KA sehingga dapat menghasilkan sebuah tools yang dapat membantu mengambil keputusan waktu yang tepat untuk pelaksanaan TMC,” ujarnya.
Jon Arifian, Kepala BBTMC-BPPT mengatakan saat ini penerapan TMC untuk pembasahan gambut sangat berperan dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
“Penerapan kecerdasan artifisial akan membuat upaya lebih efektif dan efisien,” katanya.
Saraswati Dewi, perekayasa muda BBTMC-BPPT menjelaskan mengenai pemodelan dengan metodologi KA pada data observasi hidrologi lahan gambut, khususnya tinggi muka air tanah (TMAT).
“Dengan menggunakan metodologi ETS dan random forest, dilakukan prediksi temporal tinggi muka air tanah untuk periode 1–3 bulan ke depan. Diharapkan dengan adanya prakiraan TMAT dalam beberapa waktu ke depan, dapat membantu pengambil keputusan, untuk menentukan kapan saatnya melakukan operasi TMC untuk melakukan pembasahan lahan gambut sebelum mulai kering sebagai Langkah pencegahan bencana karhutla,” paparnya.