Find Us On Social Media :

Gunakan Cloud, Ruparupa.com Dorong Optimalisasi Strategi Omnichannel

By Liana Threestayanti, Kamis, 5 Agustus 2021 | 21:30 WIB

Ilustrasi Ruparupa.com

Saat pandemi, bisnis e-commerce kian moncer karena permintaan pasar yang terus meningkat. Namun tren ini juga menghadirkan sejumlah tantangan bagi para pelaku e-commerce, tak terkecuali Ruparupa.com. Bagaimana strategi unit bisnis Kawan Lama Group ini menjawab tantangan tersebut?

Dengan tagline #1 Home, Living, and Furniture e-commerce in Indonesia, Ruparupa.com berkomitmen memberikan pengalaman berbelanja terbaik kepada para pelanggan, termasuk secara omnichannel, yakni gabungan pengalaman offline dan offline.

Namun dalam mewujudkan pengalaman terbaik tersebut, Chief Technology Officer, Ruparupa.com, Ronny Winoto, mengemukakan tiga tantangan teknologi yang dihadapi timnya, yaitu lonjakan traffic yang tak bisa diprediksi, peningkatan permintaan bisnis, dan efisiensi biaya. 

Lonjakan permintaan, misalnya saat ada program flash sale, akan diikuti lonjakan pada lalu lintas transaksi. Sementara lonjakan ini terjadi tidak menentu waktu dan tingkat lonjakannya. 

Menurut Ronny, jika hal ini berlangsung terus menerus, tim TI akan kesulitan terutama dalam memonitor dan mempersiapkan sumber daya bagi setiap program yang mendatangkan traffic ini. Sementara di sisi lain, Ronny dan timnya juga harus fokus pada upaya mendeliver roadmap guna meningkatkan pengalaman pelanggan.

Menjawab 3 Tantangan dengan Cloud

Dari sisi infrastrukturnya sendiri, seperti server, data, aplikasi, dan sekuriti, e-commerce yang memiliki lebih dari 67 ribu varian produk ini sudah beralih menggunakan cloud dari AWS. Salah satu fitur cloud AWS yang disukai Ruparupa.com adalah AWS Auto Scaling yang secara dinamis mengalokasikan sumber daya komputasi. Selain itu, Ruparupa.com juga menggunakan tool Amazon CloudWatch yang disediakan AWS untuk memonitor jika terjadi anomali pada aplikasi maupun sistem, dan AWS Cost Optimization. 

AWS Auto Scaling bertugas memonitor trafik dan melakukan penyesuaian kapasitas secara otomatis. Menurut Ronny, karena semua ini dilakukan dalam hitungan menit saja dan bahkan mampu mencakup berbagai komponen layanan secara bersamaan, Ruparupa.com tidak mengalami downtime dan aplikasi tetap dapat digunakan dengan nyaman oleh pelanggan tanpa adanya gangguan. “Dengan AWS Auto Scaling, aplikasi Ruparupa.com mampu berjalan dengan stabil, dapat diandalkan pelanggan, dan mengonsumsi biaya yang sangat efisien,” tutur Ronny. 

Adopsi fitur auto scaling ini juga disebut Ronny mendorong transformasi aplikasi di Ruparupa.com. Aplikasi yang tadinya masih menggunakan arsitektur monolitik harus beralih ke arsitektur microservices untuk bisa beradaptasi dengan fitur Auto Scaling. Seperti kita ketahui, pada arsitektur microservices, modul-modul dalam aplikasi dapat bekerja secara independen. “Sehingga jika terjadi gangguan pada satu modul, maka modul lainnya tidak terpengaruh,” jelasnya.

Dengan Amazon CloudWatch, tim TI Ruparupa.com dapat melakukan monitoring terhadap infrastruktur dan aplikasi secara real time. Bagaimana implementasi layanan monitoring dan manajemen berdampak pada pelanggan? 

Ronny Winoto memaparkan bahwa terkadang karena satu dan lain hal, terjadi anomali atau error pada sistem. “Misalnya kami sedang mengembangkan satu fitur, lalu tanpa kami sadari ternyata menimbulkan gangguan di fitur yang lain,” jelasnya. 

Saat tim TI Ruparupa.com sudah menerapkan continuous testing namun anomali tidak terdeteksi, CloudWatch akan beraksi. “Sehingga sebelum customer mengalami efek dari anomali ini, dari sisi kami sudah diketahui. Kami menghindari komplain dari pelanggan karena customer lebih dulu mengetahui adanya error,” papar Ronny. 

Layanan lain yang dimanfaatkan Ruparupa.com adalah AWS Cost Optimization yang menjawab tantangan efisiensi biaya karena layanan ini tidak hanya memungkinkan Ruparupa.com mengontrol biaya tapi juga melakukan optimalisasi biaya secara terus menerus. 

Ronny menuturkan, secara keseluruhan, penggunaan cloud ini juga meningkatkan efisiensi kerja sehingga memungkinkan time-to-market yang lebih singkat. Ia mencontohkan fitur instant delivery yang dapat dikembangkan timnya dalam waktu kurang dari dua bulan.