Find Us On Social Media :

Fortinet: Empat Sektor Ini Sukses Beradaptasi di Masa Pandemi

By Indah PM, Kamis, 12 Agustus 2021 | 10:00 WIB

Ilustrasi suasana kantor setelah pandemi

Solusi keamanan siber global Fortinet, merilis sebuah laporan bisnis bersama Frost & Sullivan, yang bertajuk From Survival to Success: Learning, adapting, and growing in the New Normal. Laporan tersebut memaparkan penemuan menarik, setelah selama setahun semua sektor bisnis menerapkan untuk melakukan transformasi digital karena terdesak pandemi COVID-19.

Laporan ini membahas keberhasilan sektor-sektor yang sebelumnya dianggap tidak unggul dalam hal digitalisasi. Mulai dari bisnis ritel dan sektor pendidikan tradisional, kemudian peran sumber daya manusia TI yang berada di garis terdepan perusahaan saat ini, setelah sebelumnya kurang ditekankan perannya dalam keberhasilan bisnis, hingga ancaman yang membayangi karena proses transformasi digital berlangsung secara tergesa-gesa.

Edwin Lim (Country Director Fortinet Indonesia) menyatakan bahwa ekonomi digital meningkat hingga 11 persen selama pandemi. Fakta ini mendukung hasil dari laporan From Survival to Success: Learning, adapting, and growing in the New Normal, dimana untuk bertahan, semua aspek bisnis dengan cepat berpindah dari fisik ke digital. Ironisnya kondisi ini terjadi karena didesak oleh pandemi, bukan karena inisiatif perusahaan yang terencana.

Walhasil, banyak perusahaan memilih strategi "bertindak dulu, aman nanti" dalam hal siber. Akibatnya, penjahat siber dapat dengan mudah menargetkan mereka sebagai korban. Fortinet berharap dari laporan ini para klien, mitra, maupun masyarakat umum sadar bahwa untuk mempertahankan bisnis selama COVID-19 tidak hanya menjadi digital, tetapi juga aman dalam digitalisasi itu sendiri.

Baca Juga: Ini Prediksi Fortinet Terhadap Serangan Siber di Tahun 2021

Laporan From Survival to Success: Learning, adapting, and growing in the New Normal menemukan berbagai hal menarik yang terjadi dalam bisnis, salah satunya mengungkap keberhasilan empat sektor yang sebelumnya diragukan untuk bersaing dalam digitalisasi ketika pandemi.

Keempat sektor tersebut, yaitu Healthcare, e-Learning, Banking dan Hybrid retail. Sektor-sektor tersebut dinilai berhasil beradaptasi dengan baik, dengan memberikan penawaran layanan baru dan menerapkan inovasi teknologi.

1. Healthcare: Chatbot menjadi makin populer dan dimanfaatkan di industri kesehatan untuk membangun diagnosis awal, berdasarkan definisi gejala yang diberikan oleh pasien. Penggunaan chatbot ini juga memberikan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya manusia dan membatasi kontak fisik dalam memberikan layanan medis. Halodoc menjadi salah satu pelaku di industri healthcare yang menghadirkan fitur AI chatbot untuk kategori COVID-19.

Bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI, fitur milik Halodoc ini dapat mengevaluasi risiko pasien terjangkit COVID-19 dengan menanyakan pertanyaan dasar, seperti interaksi dengan wilayah-wilayah terjangkit virus, interaksi dengan ODP/PDP, hingga pertanyaan mengenai gejala awal COVID-19. Setelah pertanyaan selesai diberikan, chatbot akan mengukur seberapa tinggi risiko pasien terpapar virus disertai dengan rekomendasi pemeriksaan langsung dengan dokter.

2. e-Learning: Berbagai platforms yang menjadi tulang punggung dalam mendukung pembelajaran jarak jauh atau daring telah mencakup rangkaian fitur yang kaya dan lengkap mulai dari kolaborasi sederhana dan platform VoIP hingga realitas virtual, augmented reality, pencetakan 3D, dan guru robot yang didukung oleh Artificial Intelligence. Selama pandemi, platform belajar secara virtual seperti Ruangguru dan Zenius meningkat drastis, teknologi canggih yang menghasilkan fitur-fitur interaktif pun terus diperbaharui untuk menunjang metode anak belajar.

3. Banking: Melalui kemitraan kolaboratif antara bank, pemerintah, dan vendor, pembayaran digital memungkinkan pembayaran daring nirsentuh untuk barang, layanan, dan bahkan utilitas. Di Indonesia, keberhasilan digitalisasi dirasakan oleh salah satu bank swasta, dimana selama pandemi ada 5.100 rekening baru yang dibuka hanya dengan cara digital, yaitu telepon atau video banking.

4. Hybrid retail: Pengecer sedang mempersiapkan masa depan hybrid, dimana toko fisik dan virtual dapat dimanfaatkan secara paralel. Contohnya seperti yang dilakukan oleh teknologi “Just Walk Out” milik toko ritel fisik Amazon.com, yang memungkinkan pelanggan mengambil barang tanpa membayarnya ke kasir, QR code pada barang akan otomatis terpindai dan pelanggan akan dikenakan biaya melalui aplikasi Amazon. Toko tanpa kasir pertama yang mengusung konsep serupa juga ada di Indonesia yaitu JD.ID X-Mart. Ketika akan masuk ke dalam toko, pelanggan diharuskan untuk menunjukkan QR Code yang ada di aplikasi mobile ke alat yang ada di gerbang masuk toko.

Yang perlu diperhatikan adalah peningkatan digitalisasi saat pandemi juga memiliki dampak yang mengkhawatirkan, dimana semakin besarnya permukaan serangan yang terbuka dan juga titik buta keamanan yang terekspos. Agar dapat beradaptasi dengan risiko ancaman siber di masa depan, dan tidak hanya bertahan dengan krisis yang terjadi, bisnis memerlukan strategi keamanan siber yang memadai demi keberlangsungan bisnis.