Situasi pandemi COVID-19 telah memberikan tantangan bisnis bagi banyak perusahaan/organisasi, tidak terkecuali startup (perusahaaan rintisan).
Seperti yang dialami oleh salah satu startup tanah air yang menyediakan layanan pencarian kost, yakni Mamikos misalnya.
Sejak didirikan pada tahun 2015, startup Mamikos telah membantu mempertemukan sekitar 6 juta pencari kos setiap bulannya dengan 150 ribu pemilik kos yang tersebar di 300 kota di seluruh Indonesia.
Dalam acara Media Briefing AWS (Amazon Web Services) yang digelar Selasa (7/9/21), Maria Regina Anggit, Founder dan CEO Mamikos mengungkapkan bahwa di awal pandemi hampir seluruh kos-kosan di platfomnya mengalami penurunan tingkat okupansi secara serentak.
“Namun, dengan melihat data penyewa menggunakan teknologi analitik AWS, terungkap bahwa sebenarnya masih tersisa pangsa pasar yang cukup besar yang bisa dilayani – walaupun tentunya memiliki perbedaan karakter, segmen, tren, dan waktu. Kesadaran untuk menangkap peluang ini menjadi momen meningkatnya literasi pemilik kos mitra Mamikos terhadap digitalisasi,” jelas Anggit.
Salah satu mitra pemilik kos di Yogyakarta misalnya, mampu mengembalikan tingkat okupansi dari hanya 20 persen ke 100 persen dalam waktu satu bulan saja.
Ternyata, data yang ditemukan Mamikos menunjukkan kelebihan penawaran untuk kos wanita, sementara kos pria mengalami kekurangan penawaran. Dengan bantuan Mamikos, mitra pemilik kos dapat melakukan transformasi dan mempertahankan bisnisnya.
Selain itu, dengan pemanfaatan teknologi analitik AWS, termasuk gudang data berbasis cloud Amazon Redshift, Mamikos mampu menjaga rata-rata tingkat okupansi bagi mitra pemilik kos di angka 70 hingga 75 persen saat pandemi.
Selain analitik, Mamikos menggunakan solusi content delivery network (CDN) AWS yang bernama Amazon CloudFront untuk memastikan bahwa layanannya dapat diakses dengan cepat, mudah, dan dapat diandalkan setiap waktu.
Mamikos juga tertarik mengeksplorasi analitik data di kategori yang jauh lebih kaya dan terperinci, seperti pengaruh kebijakan dan vaksinasi pemerintah daerah terhadap tren pencarian kos, serta teknologi machine learning untuk mempertemukan pencari dan pemilik kos dengan lebih optimal dan efisien.
“Dari segi biaya, Mamikos mampu menghemat hingga 30 persen biaya dengan skema pembayaran Savings Plans,” cetus Anggit.
Dalam acara yang sama, Reynaldi Oeoen, Chief Technology Officer SiCepat turut menceritakan bagaimana solusi AWS membantu SiCepat dalam mendukung bisnisnya di tengah pandemi.
Reynaldi menuturkan bahwa SiCepat dan bidang industri logistik secara umum merupakan salah satu industri yang diuntungkan selama pandemi.
SiCepat sendiri mampu mencapai target tahunannya dalam waktu tiga bulan pertama saja. Total volume pengiriman per bulan pun telah mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat dibandingkan awal tahun.
“Kendati demikian, bisnis logistik bukannya tidak mengalami tantangannya tersendiri. Bekerja dengan cepat sambil mematuhi protokol kesehatan, mencari cara agar paket tetap bisa terkirim walaupun diberlakukan penutupan jalan saat kebijakan PPKM berlangsung, serta menghadapi lonjakan permintaan yang signifikan (terutama pada bulan-bulan ketika platform e-commerce menyelenggarakan promo besar-besaran) merupakan beberapa tantangan yang dihadapi SiCepat,” papar Reynaldi.
Menurut Reynaldi, di industri logistik, dua hal yang menjadi permintaan utama pelanggan adalah kecepatan dan harga yang murah.
Infrastruktur teknologi yang digunakan SiCepat pun berfokus untuk menjaga kedua karakteristik tersebut agar pelanggan tetap puas.
SiCepat menggunakan Amazon Redshift dan juga layanan analitik AWS lainnya seperti AWS Glue dan Amazon Athena untuk memonitor data performanya secara real-time.
Dengan bantuan teknologi AWS, SiCepat mampu mengolah hingga 50-60 juta data points setiap harinya demi meningkatkan layanan, kepuasan pelanggan terhadap UMKM yang dilayaninya, serta membuat keputusan bisnis seperti membuka cabang baru.
Sebagai informasi, SiCepat adalah startup penyedia jasa logistik yang berdiri sejak tahun 2012. Hingga kini, SiCepat memiliki 6.600 cabang di seluruh Indonesia dan didukung oleh 50 ribu armada untuk melayani sekitar 6 juta pelanggan, dengan total volume pengiriman sebanyak 40 juta per bulannya.
Baca Juga: Cloud Mampu Optimalkan Kontribusi Startup untuk Mendigitalisasi UMKM
Baca Juga: Apa Itu AWS Free Tier? Layanan Gratis Apa Saja yang Ditawarkannya?