Lahir di tengah perkembangan teknologi yang pesat membuat para digital native, Generasi Z (Gen Z), dianggap memiliki ketergantungan dengan internet dan teknologi serta menjadikan Gen Z terlihat lebih menyukai hal instan dan tidak suka bekerja keras.
Nyatanya anggapan tersebut tidak berlaku bagi Faiz Daffa Fathullah, pemuda 19 tahun, founder & CEO dari Antarestar Adventure (Antarestar), toko online perlengkapan luar ruang dan olah raga di platform Lazada.
Faiz memulai perjalanan bisnisnya sejak SMA dan merupakan otak serta penggerak pertumbuhan bisnis Antarestar yang dibangun di 2017. Pandemi memang sempat menggoyahkan upaya Faiz, namun Antarestar terbukti berhasil mengatasi tantangan tersebut bahkan terus bertumbuh karena berbagai inovasi yang dilakukan Faiz dan tim di Antarestar.
Keberadaan platform e-commerce juga mendorong bisnis Antarestar terus bersinar, sesuai dengan nama Antarestar yang terinspirasi dari salah satu nama bintang paling terang di angkasa.
"Saya memang suka berjualan sejak SMA dan berawal hanya dari keinginan memenuhi kebutuhan teman-teman saja. Toko pertama saya juga menjual banyak variasi barang yang saat itu sedang tren dan dicari banyak orang. Istilahnya, palugada, apa loe minta, gue ada," ujar Faiz.
"Tapi setelah saya bertemu satu konveksi yang menawarkan produksi perlengkapan kemping dan petualangan, saya pun memutuskan untuk fokus pada produksi dan menjual perlengkapan luar ruang ini, mulai dari baju, tas hingga ke tenda, sleeping bag, dan perlengkapan pendukung lainnya," Faiz menambahkan.
Dukungan penuh dari kedua orangtuanya membuat Faiz makin percaya diri dalam merintis bisnis. Awalnya ia hanya memanfaatkan media sosial untuk berjualan. Namun karena setiap pesanan harus diproses manual, lama kelamaan ia menjadi kewalahan. Di tahun 2018, seorang teman meperkenalkan Lazada, platform eCommerce yang ketika itu memelopori fitur cash-on-delivery (COD – bayar di tempat). Menurut Faiz, dengan kebanyakan target pasarnya belum memiliki rekening bank, fitur COD akan membantu memperluas jaringan pasar Antarestar.
Menurut Faiz, fitur COD dapat membantunya untuk memperluas pasar. Hal menarik lainnya dari Lazada adalah Lazada University, yaitu program pelatihan penjual yang sangat lengkap, yang menyediakan mulai dari topik dasar bagaimana membuat tampilan toko online yang menarik, hingga materi bagaimana membaca dan mengolah data menjadi sebuah kesempatan bisnis baru.
Saat pandemi melanda, seperti hampir seluruh bisnis di dunia, Antarestar cukup kewalahan menghadapi situasi ini. Ditambah dengan ditutupnya banyak tempat wisata luar ruang sehingga mengurangi pesanan yang masuk.
"Saya rajin memantau media sosial untuk mengetahui apa saja sih yang lagi nge-tren. Saya juga sering mengintip fitur Bocoran Peluang di Lazada yang memberi info berbagai kesempatan yang bisa dimanfaatkan penjual. Akhirnya saya memutuskan untuk menambah portofolio produk di Antarestar, dari yang semula fokus pada perlengkapan luar ruang, dengan perlengkapan olah raga rumahan, karena data di Lazada menunjukkan banyak orang yang tetap semangat untuk menjaga kebugaran tubuhnya di rumah," jelas Faiz.
Platform e-commerce memang menawarkan banyak hal untuk pebisnis lokal, mulai dari ekspansi jangkauan konsumen dari seluruh Indonesia, kemudahan logistik, berbagai kampanye dan promosi yang rutin dilakukan serta program pelatihan untuk penjual di Lazada.
"Media sosial dan teknologi memang sangat membantu dalam strategi pemasaran Antarestar. Kami bahkan memiliki tim content creator dan social media yang bertanggung jawab membuat dan mengunggah konten, serta menjaga interaksi dengan pelanggan kami, termasuk melalui livestreaming di LazLive Lazada," tambah Faiz.
Bersama timnya yang saat ini berjumlah sekitar 50 orang dan rata-rata berusia 20 tahunan, Faiz rutin berdiskusi mulai dari soal konten media sosial untuk promosi Antarestar hingga ke inovasi produk yang ingin dijajaki demi bisa bersaing dengan pasar.