Kembali ke kampung halaman untuk bekerja dan menetap bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh semua orang. Apalagi jika sudah lama tinggal di kota besar dan mengenyam pendidikan yang tinggi.
Hal itu ternyata tidak berlaku bagi Gading Jansen Siallagan. Pria yang sudah menyandang gelar insinyur ini justru memilih kembali ke kampung halaman untuk memajukan pariwisata setempat.
Gading, merupakan keturunan raja ke-17 Siallagan. Itu sebabnya dia merasa memiliki tanggung jawab untuk mengonservasi budaya peninggalan leluhurnya.
“Bagi saya pariwisata harus maju dengan cara yang modern dan tidak membosankan,” kata Gading saat ditemui di Huta Siallagan, Samosir, Sumatera Utara, beberapa waktu lalu.
Itu lah sebabnya, pria yang juga dipercaya sebagai Ketua Pemandu Wisata Kabupaten Samosir ini langsung menyeragamkan segala cara pemandu wisata di Pulau yang berada di tengah Danau Toba. Bagi dia, cara pemandu wisata bertutur dan menceritakan cerita yang seragam tentang orang Batak merupakan hal yang penting dalam pengembangan wisata di tanah batak itu.
Cara yang ditempuhnya cukup efektif. Beberapa tempat wisata di Kabupaten Samosir tidak lagi membosankan ketika didatangi karena ada pemandu wisata yang komunikatif.
Salah satunya di Batu Persidangan Raja Siallagan, lokasi tempat wisata yang dikunjungi Presiden Joko Widodo tahun 2019 lalu. “Cara saya bertutur tidak membosankan, Presiden saja sampai terpingkal-pingkal,” kenang dia.
Publikasi situs wisata
Pulau Samosir, yang berada di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, memang bagaikan sebuah buku terbuka yang menyimpan cerita tentang suku Batak. Cerita itu bisa dibaca dari berbagai bangunan atau tugu yang berdiri di hampir setiap jengkal pulau ini.
Suku Batak sendiri terdiri dari berbagai marga atau nama keluarga. Meskipun tidak semua marga memiliki representasi di Pulau Samosir, tapi beberapa marga memiliki peninggalan yang wajib dikunjungi jika ingin mengenal Suku Batak.
Bagi Wakil Bupati Samosir Martua Sitanggang, membuat situs-situs pariwisata di Samosir terkenal lewat berbagai publikasi adalah tantangan tersendiri. Hal ini lah yang diharapkannya dapat terselesaikan dengan adanya program Gerakan Menuju Smart City untuk Destinasi Pariwisata Prioritas dan Ibu Kota Negara.
“Pariwisata tidak akan maju tanpa publikasi. Maka smart city yang mengedepankan pemanfaatan teknologi seperti internet harus bisa mendorongnya,” kata Martua saat ditemui di Rumah Dinas Wakil Bupati.
Nantinya, segala objek wisata budaya ataupun alam harus diinventarisir oleh Pemerintah Daerah. Dari situ publikasi akan lebih mudah dilakukan sehingga orang dapat memilih wisata mana yang mau didatangi di Kabupaten Samosir.
Selain itu, untuk menjaga budaya batak di Kabupaten Samosir tetap terjaga, tengah dirampungkan Lembaga Budaya Kabupaten Samosir. Sejauh ini baru beberapa kecamatan di Samosir yang melantik pengurus lembaga ini.
“Karena kami berada di daerah kawasan strategis pariwisata nasional, maka lembaga adat itu harus ada,” tambah dia.
Meningkatkan ekonomi masyarakat
Salah satu harapan Martua dari program Gerakan Menuju Smart City ini adalah peningkatan ekonomi masyarakat. Dirinya menyebut segala upaya mempersolek Samosir nantinya juga akan berdampak pada masyarakat.
“Baik dari smart city ataupun infrastruktur yang dibangun, semuanya akan dirasakan masyarakat,” kata dia. Pemerintah Kabupaten Samosir sendiri memiliki beragam rencana untuk lebih memantapkan Samosir sebagai destinasi pariwisata super. Mulai dari pengembangan kebun raya di sekitar danau, hingga mempersiapkan SDM yang sadar pariwisata di beberapa lokasi strategis.
Semua inisiatif tersebut diharapkan dapat meningkatkan citra Kabupaten Samosir di mata wisatawan. Dan semakin banyak yang terpingkal-pingkal mendengar cerita penuh makna dari pemandu wisata. (Penulis: Richaldo Hardiandja)