ITSEC Asia akhir bulan lalu menegaskan pentingnya cyber security alias keamanan siber pada era Industri 4.0 di Indonesia. Seperti yang InfoKomputer sampaikan di sini, makin pentingnya cyber security berhubung makin banyaknya penggunaan komputer serta penggunaan jaringan komputer dalam kehidupan umat manusia sehari-hari. ITSEC Asia sendiri menyebutkan Industri 4.0 mengolaborasikan teknologi jaringan dengan sistem automasi untuk diadopsi secara luas di berbagai sektor seperti perdagangan, jasa, manufaktur produk, dan juga layanan publik.
Sejalan dengan pentingnya cyber security pada era Industri 4.0, kebutuhan akan tenaga cyber security juga makin bertambah; karir pada sektor cyber security makin terbuka. Pasalnya, makin dibutuhkan tenaga untuk melakukan tindakan melindungi informasi di dunia maya dari aneka cyber attack alias serangan siber. Perihal pentingnya cyber security dan terbukanya peluang karir pada cyber security ini disampaikan ITSEC Asia pada webinar bertajuk "Cybersecurity in Industry 4.0: Must Have Skills and Career Opportunities" kepada ratusan mahasiswa Binus University.
“Cybersecurity berperan besar di era Industry 4.0 karena menjadi instrumen pelindung infrastruktur jaringan dari beragam serangan siber yang dilakukan peretas untuk mengganggu sistem dan perangkat operasional. Serangan siber menargetkan berbagai bidang, mulai dari marketplace, transaksi finansial, perbankan, hingga data personal masyarakat. Potensi kerusakan yang terjadi dari hal itu semakin besar dan berdampak serius bagi kinerja operasional organisasi maupun publik dan konsumen,” ujar Andri Hutama Putra (Presiden Direktur PT ITSEC Asia).
Pentingnya cyber security dan kebutuhan akan tenaga cyber security pun disetujui oleh Polri (Kepolisian Negara Republik Indonesia) yang antara lain membentuk Dittipidsiber (Direktorat Tindak Pidana Siber). Dittipidsiber menangani cyber crime alias kejahatan siber yang menggunakan komputer sebagai alat bantu, seperti illegal access alias akses ilegal serta data theft alias pencurian data. Dittipidsiber tentunya membutuhkan tenaga cyber security dalam melakukan tugasnya. Apalagi, seperti yang disampaikan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) sepanjang bulan Januari sampai Agustus tahun lalu, terdapat hampir 190 juta upaya cyber attack di Indonesia; naik lebih dari empat kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019 yang sekitar 39 juta.
“Perkembangan teknologi di era Industry 4.0 membuat lembaga kepolisian dalam hal ini Polri sangat memperhatikan aspek cybersecurity sehingga membentuk Direktorat Tindak Pidana Siber yang menangani beragam kejahatan cyber yang menggunakan computer sebagai alat utama. Bentuk kejahatan dari hal ini seperti peretasan sistem elektronik (hacking), intersepsi ilegal (illegal interception), pengubahan tampilan situs web (web defacement), gangguan sistem (system interference), hingga manipulasi data (data manipulation),” sebut AKBP Dr. Iman Imanuddin SH, SIK, MH (Kapolres Tangerang Selatan).
“Sektor Cybersecurity menghadirkan peluang karir yang sangat baik bagi para generasi muda. Tenaga kerja di bidang ini harus memiliki kemampuan teknis serta pengetahuan dalam penerapan teknologi terbaru. Untuk skill yang dibutuhkan antara lain programming, analisis mitigasi dan resiko, intrusion detection, cloud security hingga enskripsi. Seiring perkembangan teknologi digital yang berhubungan dengan peningkatan serangan siber di seluruh dunia, jenjang karir dan peluang yang dihadirkan oleh sektor ini terbuka lebar, khususnya bagi mereka yang telah membekali diri dengan skill dan pengetahuan yang dibutuhkan," pungkas Marek Bialoglowy (Chief Technology Officer ITSEC Asia).