Ericsson ConsumerLab belum lama ini di Jakarta membagikan beberapa temuannya pada salah satu studinya akan tingkat kematangan penyedia layanan telekomunikasi seluler dalam 5G di dunia. Ericsson antara lain menemukan bahwa penyedia layanan telekomunikasi seluler yang memimpin dalam 5G alias yang memiliki tingkat kematangan 5G tertinggi adalah yang paling berpeluang untuk mempertahankan pelanggannya dan meningkatkan pendapatannya. Oleh karena itu adalah penting bagi penyedia layanan telekomunikasi seluler untuk memiliki level kematangan 5G tertinggi agar memiliki peluang yang lebih baik dalam memperahankan dan memajukan bisnisnya.
Ericsson sendiri membagi tingkat alias level kematangan 5G para penyedia layanan telekomunikasi seluler ke dalam empat tingkat. Keempat level tersebut adalah 5G Pacesetter, 5G Aspirational, 5G Potential, dan 5G Explorer. Adapun yang tertinggi adalah 5G Pacesetter dan yang terendah adalah 5G Explorer. Ericsson menyebutkan penilaian akan tingkat kematangan 5G suatu penyedia layanan telekomunikasi seluler pada studi yang dimaksud berdasarkan survei akan persepsi konsumen dan fakta-fakta pasar yang dilaporkan. Yang terakhir ini seperti cakupan jaringan 5G, kualitas jaringan 5G, dan inovasi-inovasi sehubungan 5G. Adapun jumlah penyedia layanan telekomunikasi seluler yang dipelajari adalah 73 yang tersebar di 22 pasar di berbagai belahan dunia.
Ericsson menambahkan bahwa 5G Pacesetter memiliki karakteristik berupa berhasil memonetisasi 5G; dinilai sebagai pemimpin dalam 5G oleh konsumen; dan mengalahkan kompetitor perihal cakupan jaringan 5G, kecepatan 5G, dan layanan-layanan 5G inovatif. Sementara, 5G Explorer memiliki karakteristik berupa sering kali merupakan penantang dari sisi harga dan tertinggal dari penyedia layanan seluler lain pada seluruh area 5G; serta baru memulai eksplorasi pasar 5G.
Adapun 5G Aspirational dan 5G Potential memiliki karakteristik di antaranya. Ericsson mengkarakteristikkan 5G Aspirational dengan sering kali merupakan penatang pasar 5G dalam artian hanya tertinggal sedikit dari 5G Pacesetter perihal cakupan jaringan 5G, layanan 5G, penggunaan 5G; serta sering kali kurang berhasil mendapatkan kepuasan dan rekomendasi yang tinggi dari konsumen. Untuk 5G Potential sendiri, Ericsson mengkarakteristikkannya dengan dinilai menawarkan value for money oleh konsumen; dan memiliki kepuasan konsumen yang baik, tetapi lambat dalam membangun fondasi 5G-nya.
“Layanan konsumen yang mendukung 5G dapat membuka peluang pendapatan kumulatif hingga 3,7 triliun dolar AS untuk penyedia layanan komunikasi (CSP) pada tahun 2030. Laporan ini menjelaskan bahwa 5G Pacesetter yang dapat menunjukkan kemampuan untuk mengadopsi teknologi baru, mempengaruhi persepsi konsumen, dan siap untuk berinvestasi serta fokus pada inovasi layanan 5G, telah melangkah lebih maju dibandingkan para pesaing dalam hal persaingan meraih peluang pendapatan baru. Dengan menjajaki peluang baru yang dimungkinkan dengan 5G, lebih banyak penyedia layanan komunikasi dapat menjadi 5G Pacesetter dan meningkatkan pendapatan mereka dengan kecepatan sama,” ujar Jasmeet Singh Sethi (Head ConsumerLab, Ericsson Research).
“Banyak negara di dunia termasuk Indonesia telah bertransisi ke 5G. Penyedia layanan komunikasi (CSP) memiliki kekuatan untuk mengubah tren stagnasi dan penurunan pendapatan konsumen dengan mengambil pendekatan proaktif untuk menawarkan pengalaman jaringan 5G yang luar biasa bagi konsumen. Penyedia layanan komunikasi 5G Pacesetter akan membedakan mereka dari market lainnya dan menang di mata konsumen. Dengan menetapkan kecepatan, 5G Pacesetter akan dapat memenuhi permintaan konsumen akan 5G dan memberikan cakupan, kinerja, serta inovasi 5G terbaik di kelasnya yang pada akhirnya akan mendorong transformasi digital di market. Ericsson, sebagai pemimpin ICT global, berkomitmen untuk mendukung penyedia layanan komunikasi di Indonesia menjadi 5G Pacesetter serta membuka potensi penuh dari 5G," sebut Jerry Soper (Head Ericsson Indonesia).
Secara spesifik Ericsson mengatakan bahwa 5G Pacesetter memiliki peluang setidaknya tiga kali lebih besar untuk mempertahankan pelanggan dibandingkan tingkat kematangan 5G lain. Ericsson menemukan bahwa hanya sekitar 3% konsumen 5G Pacesetter yang ingin beralih ke penyedia layanan telekomunikasi seluler lain sehubungan 5G. Porsi tersebut jauh lebih rendah dari 9%, 11%, dan 13% yang ditemukan Ericsson pada masing-masing 5G Aspirational, 5G Potential, dan 5G Explorer.
Sementara, untuk meningkatkan pendapatan, Ericsson mengatakan bahwa 5G Pacesetter dua kali lebih mungkin untuk meningkatan pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU — average revenue per user) dibandingkan tingkat kematangan 5G lain. Ericsson menemukan bahwa sekitar 50% 5G Pacesetter berhasil menumbuhkan pendapatan rata-rata per pengguna setidaknya sebesar 1% antara kuartal pertama 2020 dengan kuartal pertama 2021. Angka itu lebih besar dari 34%, 24%, dan 17% yang ditemukan Ericsson pada masing-masing 5G Aspirational, 5G Potential, dan 5G Explorer.
Ericsson pun menegaskan bahwa penyedia layanan telekomunikasi seluler yang belum merupakan 5G Pacesetter bisa meningkatkan dirinya sehingga menjadi 5G Pacesetter. Terdapat enam langkah yang direkomendasikan Ericsson agar suatu penyedia layanan telekomunikasi seluler bisa menjadi pemimpin dalam 5G. Keenam langkah yang direkomendasikan Ericsson untuk menjadi pemimpin dalam 5G itu adalah mendapatkan efisiensi biaya dan skala dengan 5G, memberikan pengalaman penggunaan pada smartphone yang terbaik, memperluas tawaran konvergensi fixed mobile dengan 5G, menangkap aliran pendapatan baru melalui layanan broadband 5G untuk rumah, menyusun ulang harga untuk mendorong penjualan tingkatan alias tier 5G yang premium/lebih tinggi, dan menawarkan layanan-layanan 5G inovatif.