Find Us On Social Media :

Indodax Prediksi Aset Kripto Bakal Tergantung Kesuksesan Metaverse

By Dayu Akbar, Kamis, 30 Desember 2021 | 08:00 WIB

CEO Indodax, Oscar Darmawan

CEO Indodax Oscar Darmawan memprediksi bahwa di tahun 2022 akan ada suatu ekosistem baru, setelah di tahun 2020 ada DeFi dan di tahun 2021 ada hype NFT dan juga Metaverse. Di tahun ini, Bitcoin menjadi semakin mainstream. Oscar melihat orang awam yang biasanya tidak tahu apa itu bitcoin, menjadi mulai mendengar dan mulai aware soal bitcoin. Tidak hanya itu, Bitcoin pun juga sudah digunakan sebagai devisa negara dan juga masuknya institusi investor."Negara El Salvador yang kabarnya nantinya juga akan diikuti oleh negara Amerika Selatan lainnya yang selama ini terikat dengan Dollar USD mempertimbangkan Bitcoin sebagai devisa negaranya,” kata Oscar.Perihal IMF yang cukup banyak memberikan statement menentang Bitcoin, Oscar merasa bahwa di 2022 market sudah kebal dan pendapat IMF yang kadang cukup menantang kripto bukanlah sesuatu yang bisa benar benar menggerakkan market.“Bitcoin sudah sering dinyatakan mati dari sejak kemunculannya. Saya kira statement IMF yang bertentangan dengan eksistensi kripto tidak akan begitu pengaruh. Yang akan cukup berpengaruh adalah bagaimana negara akan membuat bitcoin sebagai devisa atau tidak,” lanjut Oscar.Meneropong harga "kakeknya aset kripto" pada bulan Januari 2021, Bitcoin berada di angka 500 juta rupiah sementara berdasarkan catatan market Indodax pada 28 Desember 2021, Bitcoin sudah menyentuh angka 737 juta. Bitcoin sudah naik sekitar 47.4% bahkan pernah menyentuh harga all time high nya di bulan November dengan harga hampir 1 Milyar Rupiah/1 Bitcoin. Ini menandakan bahwa Bitcoin adalah aset kripto yang baik untuk investasi jangka panjang

Ethereum dan Metaverse

Tidak hanya soal Bitcoin, Oscar juga membahas perihal kripto market cap terbesar setelah Bitcoin, yaitu Ethereum. Seperti yang sudah diketahui Ethereum sudah berevolusi menjadi Ethereum 2.0. Dengan evolusi Ethereum 2.0, kecepatan, efisiensi, dan skalabilitas jaringan Ethereum pun semakin meningkat sehingga dapat memproses lebih banyak transaksi dan mengurangi kemacetan.“Secara teknologi, harga, dan ekosistem sebenarnya Ethereum sudah mengungguli Bitcoin. Ethereum itu bagus ekosistemnya juga luar biasa dan dipakai di dunia institusi juga. Tapi yang jadi masalah apakah Ethereum akan bisa scale up lagi atau tidak untuk menurunkan biaya transaksinya karena biaya gas dari Ethereum ini adalah kuncinya. Jika di tahun 2022 pengembang dari Ethereum ini bisa menurunkan gas fee-nya saya kira ada kemungkinan bahwa Ethereum bisa meng-off lap Bitcoin,” ujar Oscar.Berdasarkan data market Indodax pada Hari Selasa tanggal 28 Desember 2021, Ethereum menyentuh di kisaran angka 58 juta rupiah/1 ETH. Angka ini jika dibandingkan dengan awal Januari 2021 dimana harga 1 ETH hanya berkisar 10 juta rupiah , dapat disimpulkan bahwa harga Ethereum sudah naik sekitar 480%. Oscar melanjutkan, di tahun 2021 orang orang juga banyak yang membahas tren Metaverse dan juga NFT. Menurut Oscar, tren NFT dan dunia kripto di tahun 2022 bergantung pada kesuksesannya Metaverse. “Kalau bicara soal Metaverse dan dunia sudah digital, uang nya tidak akan tersentral. Uangnya tentu akan digital dan terdesentralisasi. Itu akan menggerakkan kripto. Sama halnya dengan kita bicara soal NFT. Lukisan digital di NFT semahal apapun jika tidak ada fungsinya buat apa. Namun Jika kita hidup di dunia digital dan punya aset digital NFT yang harganya mahal tentu akan sangat berguna. Maka dari itu, menurut saya jika tren Metaverse ini bisa take off, maka NFT pun akan take off. Jika NFT tanpa adanya Metaverse hanya akan sebatas hype saja,” pungkas Oscar.