Perusahaan raksasa teknologi Tiongkok Huawei melaporlan pendapatannya turun hampir 30 persen pada 2021 karena terus terbebani sanksi Amerika Serikat.
Angka tersebut merupakan penurunan 28,9 persen dari pendapatan 2020 sebesar 891,4 miliar yuan. Sedangkan pendapatan Huawei di kuartal ketiga turun 38 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Pendapatan tahun lalu diperkirakan 634 miliar yuan (US$ 99,48 miliar), terlepas dari semua cobaan kami bekerja keras untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen kami." kata Rotating Chairman Huawei, Guo Ping, dalam sebuah surat 'Tahun Baru' kepada karyawan seperti dikutip Reuters.
Guo menyebut Huawei bersiap menjawab tantangan bisnis yang lebih fair tahun ini dan dia puas dengan kinerja bisnis Huawei pada 2021.
Pada 2019, pemerintahan Amerika Serikat yang kala itu di bawah Donald Trump memberlakukan larangan perdagangan terhadap Huawei, dengan alasan keamanan nasional.
Putusan itu berujung dilarangnya Huawei menggunakan ekosistem Android untuk smartphone barunya, dan sejumlah teknologi penting lain yang berasal dari AS.
Saat ini Huawei "terperangkap" dalam persaingan perdagangan dan teknologi antara Amerika Serikat (AS) dan China pada 2019.
Saat itu pemerintahan presiden Donald Trump memberlakukan larangan perdagangan terhadap Huawei karena alasan kekhawatiran yang dapat menimbulkan ancaman keamanan siber dan spionase di AS.
Dia optimistis sebagai operator telekomunikasi "tetap stabil" dan kinerja sesuai perkiraan perusahaan. Guo mengatakan perusahaan menghadapi cobaan, namun 2022 akan tetap harus kompetitif.
Huawei saat ini sedang berusaha masuk ke lini bisnis baru termasuk komputasi perusahaan, perangkat yang dapat dikenakan dan teknologi kesehatan, teknologi untuk kendaraan cerdas, dan perangkat lunak mengutip news.abs-cbn.
Sementara itu AS masih melarang Huawei untuk memperoleh komponen penting seperti microchip dan memaksanya membuat sistem operasinya sendiri dengan menghentikannya menggunakan sistem operasi Google Android.
Grup ini merupakan pemasok peralatan jaringan telekomunikasi terbesar di dunia dan pernah menjadi produsen ponsel tiga teratas bersama dengan Apple dan Samsung.
Tapi kondisinya berubah usai sanksi dari AS. Pada Oktober, grup ini bilang volume penjualan Januari-September turun hingga 32 persen.