Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menilai Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan dunia virtual Metaverse global karena memiliki nilai-nilai luhur bangsa dan kearifan lokal.
Menteri Kominfo, Johnny Plate, mengatakan bahwa Metaverse di Indonesia mulai terbentuk dari sektor yang ekosistem user-nya paling adaptif untuk mengadopsi inovasi digital.
"Hal ini pun akan terus berevolusi dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas," ungkap Johnny dalam keterangan tertulis.
Johnny juga mengatakan, perkembangan ini menggunakan sumber daya, konektivitas, dan semua elemen informatika di Indonesia, serta melibatkan berbagai perusahaan yang fokus untuk mengembangkan Metaverse.
Menurut Johnny, salah satu peluang untuk menampilkan peran tersebut yaitu dalam ajang Presidensi G20 Indonesia 2022.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga sempat menyinggung topik Metaverse dalam pidatonya yang disampaikan di acara Muktamar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ke-34 pada Desember 2021 lalu.
Jokowi menjelaskan bahwa Metaverse dapat dimanfaatkan sebagai wadah kumpul bagi warga NU untuk mengadakan dan mengikuti dakwah serta pengajian secara virtual.
“Metaverse akan mengubah, saya tidak tahu apakah pandemi ini menjadi dipercepat lima atau sepuluh tahun tapi pasti datang. Oleh sebab itu, kita semua harus siap dan kita bersama-sama NU untuk peradaban dunia," ungkap Jokowi.
Konsep Metaverse sendiri adalah semesta kolaboratif yang menggabungkan dunia nyata dengan dunia maya. Di Metaverse, manusia dapat berinteraksi menggunakan avatar.
Istilah "Metaverse" sebenarnya pertama kali muncul dalam novel fiksi ilmiah berjudul Snow Crash karangan penulis Neal Stephenson pada 1992.
Sebenarnya belum ada definisi pasti dari istilah apa itu Metaverse. Namun, sekarang, istilah ini kerap digunakan untuk menggambarkan sebuah dunia virtual baru tempat orang dapat bermain game, bekerja, dan berkomunikasi dengan orang lainnya dalam lingkungan virtual.
Semua hal itu dimungkinkan karena sudah tersedianya perangkat Virtual Reality (VR). Meski sejauh ini, VR kebanyakan masih dimanfaatkan untuk keperluan bermain game atau video.
Tidak hanya ditujukan untuk kebutuhan gaming dan pertukaran NFT (Non-fungible Token), Metaverse dinilai memiliki potensi untuk membantu masyarakat dalam berinteraksi, bekerja, belajar dan berkarya.
Karena membutuhkan proses pengembangan yang cukup lama, Metaverse diperkirakan akan dikembangkan secara bertahap setidaknya hingga tahun 2024. Memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan dunia 3D dengan mensimulasikan indra sebanyak mungkin, seperti penglihatan, pendengaran, sentuhan, bahkan penciuman