Skandal Cambridge Analytica yang menyebabkan 87 juta data pengguna Facebook bocor tidak membuat pendapatan Facebook berkurang sedikit pun. Dalam laporan keuangannya,
Facebook melaporkan pendapatannya senilai USD11.97 miliar atau sekitar Rp166.25 triliun pada kuartal pertama 2018, meningkat dari prediksi Wall Street hanya USD 11.41 miliar atau sekitar Rp158.47 triliun.
Mark Zuckerberg (CEO Facebook) mengatakan pertumbuhan bisnis dan pengguna Facebook cukup bagus pada awal tahun ini, walaupun Facebook menghadapi permasalahan pelik terkait kebocoran data. Namun, Facebook akan terus meluncurkan inovasi untuk kemaslahatan manusia.
"Kami akan membuat fitur-fitur baru untuk membuat orang-orang saling terkoneksi, memperkuat komunitas, dan membawa semua orang lebih dekat," katanya seperti dikutip Tech Crunch.
Facebook berhasil meraup keuntungan senilai USD 4.98 miliar atau sekitar Rp69.16 triliun pada kuartal pertama 2018, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya hanya USD 4.26 miliar atau sekitar Rp59.16 triliun.
Kontribusi pendapatan terbesar Facebook berasal dari iklan mobile senilai USD10.7 miliar atau sekitar Rp148.11 triliun atau menguasai 91 persen dari total pendapatan. Sisanya, pendapatan Facebook berasal dari iklan desktop dan layanan berbayar, dll.
Rata-rata pendapatan Facebook dari setiap pengguna atau "Average Revenue per User" (ARPU) adalah USD5.53 atau sekitar Rp76.000 selama kuartal pertama 2018. Kontribusi ARPU tertinggi berasal dari pengguna Facebook asal Amerika Serikat dan Kanada yang memberikan senilai USD23.59 atau sekitar Rp327.000 selama tiga bulan pertama 2018.
Kontribusi ARPU pasar Eropa sekitar USD8.12 atau Rp112.000 dan Asia Pasifik senilai USD2.42 atau sekitar Rp33.000.
Saat ini pengguna aktif harian Facebook (DAU) sebanyak 1.45 miliar dan pengguna aktif bulanan (MAU) mencapai 2.2 miliar. Pengguna yang menggunakan fitur Facebook Groups mencapai 200 juta orang. Pengguna yang menggunakan WhatsApp Stories mencapai 300 juta orang setiap harinya.