Find Us On Social Media :

Begini Kondisi Lanskap Ancaman Siber di Indonesia Lima Tahun Terakhir

By Liana Threestayanti, Senin, 21 Februari 2022 | 22:03 WIB

Ilustrasi keamanan siber.

Dari tinjauan Kaspersky tentang lanskap ancaman dunia maya di Indonesia selama lima tahun terakhir terlihat ancaman lokal masih mendominasi tapi ancaman web  meningkat.  

Pandemi global belum berhenti dan terus berdampak di Indonesia khususnya dalam hal digitalisasi yang terus menggeser aktivitas fisik ke format online. 

Berdasarkan laporan Kaspersky, ditemukan hampir separuh (46,6%) pengguna komputer di Indonesia menjadi sasaran ancaman lokal. Sementara dua dari lima (40,5%) mengalami serangan berbasis web. 

Tinjauan ancaman tahunan ini didasarkan pada data dari Kaspersky Security Network (KSN) yang merupakan infrastruktur terdistribusi kompleks yang didedikasikan untuk memproses aliran data terkait keamanan siber dari jutaan partisipan sukarela di seluruh dunia.

Sepanjang 2021, produk Kaspersky mendeteksi dan memblokir sebanyak 42.983.721 ancaman siber yang berbeda di internet pada komputer pengguna KSN di Indonesia. Terjadi peningkatan sebesar 25 persen dari ancaman yang terdeteksi di tahun 2020, yaitu sebanyak 34.516.232 ancaman.

Dan dalam lima tahun terakhir, ancaman web di Indonesia meningkat hampir tiga kali lipat, dari sekitar 14,7 juta ancaman online di tahun 2017 menjadi sekitar 43 juta insiden di tahun 2021.  

Ancaman web tertinggi terjadi pada tahun 2018 di mana Kaspersky mendeteksi 50.025.386 upaya serangan. Menurut pemantauan Kaspersky, tren ini terjadi bersamaan dengan dimulainya "Making Indonesia 4.0" yang dilihat para penjahat maya sebagai satu kesempatan besar dan menguntungkan. Serangan browser menjadi metode utama dalam menyebarkan program berbahaya ke pengguna yang tidak waspada.

Tahun 2021 produk Kaspersky juga mendeteksi 74.803.899 insiden lokal di komputer partisipan KSN di Indonesia. Ancaman lokal memperlihatkan data frekuensi serangan malware yang menyebar melalui drive USB yang dapat dilepas pasang, CD dan DVD, dan berbagai metode luar jaringan (offline) lainnya. Secara keseluruhan, 46,6 persen pengguna di Indonesia hampir terinfeksi oleh ancaman lokal selama periode tersebut.

“Keamanan siber di Indonesia telah mengalami perubahan dan juga peningkatan yang signifikan sejak tahun 2017. Seiring dengan peningkatan pertahanan di negara ini, kami mendesak semua sektor untuk bergabung dan membantu merangkul keamanan siber seterusnya. Pembentukan Code Service pada tahun 1946 hingga BSSN saat ini menunjukkan bahwa perlindungan dan keamanan siber telah menjadi agenda nasional negara ini sejak awal dan kami mengharapkan langkah lebih lanjut dari seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan keamanan siber negara,” komentar Yeo Siang Tiong, General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara.

Yeo melihat potensi besar Indonesia untuk tumbuh di masa depan seiring dengan pembangunan infrastruktur dan kemajuan teknologi. Oleh karena itu, ia optimis Indonesia dapat memanfaatkan kekuatan teknologi dan internet dengan aman. “Selama sistem kita terlindungi dan orang-orang di sekitar memiliki kesadaran keamanan dan terlatih untuk selalu waspada,” tambahnya.

Untuk menjaga keamanan pengguna individu dari ancaman online, pakar keamanan Kaspersky menyarankan beberapa langkah dasar tapi penting, seperti memeriksa tautan sebelum mengunjungi situs, menggunakan koneksi yang aman, mengatur agar perangkat memblokir instalasi software dari pihak ketiga, dan memerhatikan izin yang diminta aplikasi saat akan diinstalasi.

Sementara untuk pengguna perusahaan, Kaspersky juga merekomendasikan sejumlah langkah, seperti mengedukasi karyawan tentang risiko keamanan, mendorong penggunaan kata sandi unik, membuat cadangan data penting, dan memperbarui tool dan aplikasi TI secara berkala.