Find Us On Social Media :

Tren Belanja Iklan 2021, Kanal Digital Belum Jadi Pilihan Utama

By Liana Threestayanti, Senin, 14 Maret 2022 | 16:15 WIB

Ilustrasi medsos

Kanal digital makin populer dewasa ini, tapi belanja iklan melalui saluran ini di 2021 baru mencapai 15,9 persen saja dari total belanja iklan yang mencapai Rp259 triliun (berdasarkan perhitungan gross rate card), menurut hasil survei Nielsen.

Dari survei Nielsen ini diketahui bahwa belanja iklan sepanjang 2021 tumbuh 13 persen. Televisi masih menjadi saluran iklan pilihan para pemilik brand. Jumlah belanja iklan melalui saluran televisi mencapai 78,2 persen, disusul kanal digital 15,9 persen, media cetak 5,5 persen, dan radio 0,4 persen.

Menurut Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia, Hellen Katherina, peningkatan belanja iklan ini memperlihatkan kepercayaan untuk beriklan masih tinggi meski pandemi.  

“Televisi masih menjadi saluran iklan utama karena sifatnya yang dapat menjangkau audiens lebih banyak dalam waktu bersamaan. Sementara itu, kemudahan kustomisasi channel digital membuat belanja iklannya juga turut beranjak naik,” jelas Hellen.

Sepanjang 2021, Nielsen menemukan pertumbuhan positif pada 9 dari 10 kategori yaitu online services, facial care, hair care, coffee and tea, snacks, clove cigarettes, seasonal condiments, liquid milk, dan instant food and noodles. 

Pertumbuhan tertinggi dicatat oleh kategori online services dengan belanja iklan Rp42,8 triliun atau naik 67 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.  

Namun, iklan pada kategori government dan political organization mencatatkan penurunan sebesar 4 persen karena belum dimulainya periode pesta politik.

Nielsen memperlebar tipe dan jumlah media digital yang dimonitor di layanan Nielsen Digital Ad Intel. Sejak Januari 2022 Nielsen mulai memonitor biaya iklan di media sosial yaitu Facebook, Twitter, dan Instagram. 

Nielsen Digital Ad Intel merupakan layanan pengukuran belanja iklan yang sebelumnya telah membantu marketer memantau belanja iklan di Top 200 situs di Indonesia, termasuk di dalamnya 27 channel YouTube dengan traffic yang tinggi.

“Mulai tahun 2022, Nielsen sudah memonitor perhitungan iklan secara digital pada platform Facebook, Twitter, Instagram. Tidak berhenti disitu, Nielsen juga akan segera menjangkau Google Engine Ads, Snapchat, bahkan TikTok. Dengan memperluas cakupan, kami yakin Nielsen bisa memberikan sejauh apa tolak ukur efektivitas iklan digital yang lebih komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasar sebenarnya,” kata Hellen.

Nielsen juga menemukan hasil yang menarik antara belanja iklan di kanal media sosial dan bukan media sosial. Kategori online service dan telco adalah kategori yang memiliki belanja iklan paling besar pada dua kategori tersebut. 

Namun beberapa kategori lain memiliki strategi belanja iklan yang berbeda. Pada kanal media sosial, kategori financial institution, banking, e-channel, retailers, dan software companies tercatat mengeluarkan angka belanja iklan yang lebih besar. Sedangkan kategori facial care, beverages (carbonated, liquid milk, dan health drink) dan rokok mencatatkan belanja iklan yang lebih besar di tipe bukan media sosial.

“Nielsen Digital Ad Intel juga mencatat ada lebih dari 300 ribu kreatif iklan yang tayang dalam tiga media sosial tersebut, di bulan Desember 2021. Ini menggambarkan seberapa fluid-nya dan pentingnya kreatif iklan di digital. Melalui peningkatan ini, pengiklan dapat memonitor iklan atau gaya komunikasi yang digunakan oleh kompetitornya,” tutup Hellen.