Setiap hari, konsumen melakukan lebih dari empat juta interaksi dengan brand. Bagaimana cara agar brand menjadi lebih dekat dengan konsumen?
Dalam laporan terbarunya, perusahaan consumer intelligence, Talkwalker, mengungkapkan harapan konsumen terhadap brand.
Laporan bertajuk Shape Tomorrow ini merupakan hasil perbincangan 100 brand global selama dua tahun terakhir. Menurut hasil laporan ini, ada lima hambatan utama yang perlu diatasi brand agar terkoneksi dengan konsumen pasca pandemi, yaitu kekacauan data, kurangnya kecepatan, kurangnya sumber daya, ketidakmampuan untuk membuktikan return of investment (ROI), dan ketidakpastian masa depan.
Di era pasca pandemi, brand menghadapi risiko lebih tinggi dari sebelumnya dalam meraih kedekatan dengan konsumen. Padahal brand yang customer centric tumbuh hampir 3 kali lebih cepat daripada rata-rata industri.
Benjamin Soubies, Managing Director APAC & Jepang Talkwalker melihat adanya kesenjangan yang melebar antara apa yang disampaikan brand dan apa yang ingin didengar konsumen.
“Pada pengalaman konsumen yang positif, misalnya kami telah melihat penurunan 17,5% dalam interaksi media sosial secara global dari Maret 2020 hingga Januari 2022.,” ungkap Benjamin.
Dengan jumlah pengguna internet yang mencapai lebih dari 202 juta pengguna di Indonesia, menurut Benjamin, brand tentu perlu memerhatikan apa yang dibicarakan konsumen secara online, termasuk di media sosial.
“Pandemi telah mempercepat perubahan preferensi dan perilaku konsumen, dan brand membutuhkan paradigma baru untuk menyikapi evolusi cepat ini,” ujar Benjamin mengingatkan.
Dalam laporan Shape Tomorrow, Talkwalker juga menyertakan sebuah kerangka kerja yang dapat membantu brand memahami kesiapan brand di masa depan, berdasarkan 3 elemen penting, yaitu data, teknologi, dan manusia.
Menurut Talkwalker, hanya brand yang menguasai tiga hal tersebut yang akan diterima oleh konsumen. Kedekatan dengan konsumen memungkinkan brand untuk mengubah data yang sesuai dengan persepsi konsumen terkini, memudahkan pengambilan keputusan, dan mendorong pertumbuhan brand.
“Dengan pemahaman yang tepat mengenai konsumen, brand dapat semakin terkoneksi. Consumer intelligence dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kesenjangan antara konsumen dan brand, dengan menghadirkan wawasan secara real-time kepada tim yang tepat untuk memperkuat rancangan kampanye, layanan dan produk, yang akan membawa kesuksesan bisnis di masa mendatang,” pungkas Ben.