Find Us On Social Media :

Atasi Merosotnya Pendapatan, Huawei Andalkan Bisnis Enterprise & Cloud

By Liana Threestayanti, Senin, 28 Maret 2022 | 18:30 WIB

Ilustrasi annual report Huawei 2021

Untuk pertama kalinya Huawei mencatatkan penurunan pendapatan (revenue) tahunan akibat sanksi yang diterapkan Amerika Serikat pada pertengahan 2019 lalu. 

Hal ini disampaikan Chief Financial Officer, Huawei, Meng Wanzhou dalam sesi konferensi pers “Huawei 2021 Annual Report” hari ini (28/3). Yang menarik, Meng juga melaporkan bahwa penghasilan (income) perusahaan justru meroket di tahun 2021.

“Meskipun terjadi penurunan pendapatan pada tahun 2021, kemampuan kami untuk menghasilkan laba dan menghasilkan cash flow meningkat, dan kami lebih mampu menghadapi ketidakpastian,” ujar Meng.

Dilaporkan pendapatan Huawei di 2021 sebesar 636,8 miliar yuan ($99.9 billion), atau menurun 28,5% year-on-year (YoY). Sementara laba bersih tahun lalu naik 75,9% YoY menjadi 113,7 miliar yuan.

Meng mengatakan dalam konferensi pers, penurunan pendapatan ini tidak semata akibat sanksi AS, tetapi juga tantangan supply continuity dan melemahnya permintaan 5G di China. 

Seperti diketahui pada pertengahan 2019, AS memasukkan Huawei dalam daftar  hitam (blacklist) yang disebut Entity List. Langkah Pemerintah AS di bawah Presiden AS saat itu, Donald Trump, membuat perusahaan AS tidak diperbolehkan mengekspor komponen-komponen dan software penting ke Huawei.

Ketiadaan akses terhadap cip high-end yang dibutuhkan Huawei untuk produk smartphone maupun perangkat keras lainnya berujung pada merosotnya pangsa pasar smartphone Huawei secara global.

Divisi Consumer Huawei yang bertanggung jawab atas penjualan smartphone dan produk lainnya, mencatatkan pendapatan (revenue) sebesar  243,4 miliar yuan pada tahun 2021, atau turun hampir 50% YoY.

Sedangkan bisnis operator, yang meliputi penjualan peralatan telekomunikasi, membukukan pendapatan sebesar 281,5 miliar yuan, atau turun sekitar 7% YoY.

Satu unit bisnis yang bersinar justru divisi terkecil di Huawei, yaitu divisi Enterprise Huawei yang salah satu bisnisnya adalah cloud computing. Dan divisi ini disebut Meng Wanzhou sebagai salah satu yang menjadi fokus Huawei untuk mengatasi kelemahan akibat sanksi AS. 

Masih dalam upaya melawan sanksi AS, Huawei pun berinvestasi besar-besaran di beberapa bidang baru, seperti industri otomotif dan merekrut lebih banyak ilmuwan untuk fokus pada pengembangan teknologi.

Huawei menggelontorkan 142,7 miliar yuan di bidang R&D pada 2021, atau meningkat sedikit dari angka di tahun 2020, 141,9 miliar yuan.

Rotating Chairman, Huawei, Guo Ping mengatakan, Huawei mengandalkan talenta, penelitian ilmiah, dan semangat inovatif dalam meningkatkan investasi untuk membentuk kembali paradigma Huawei dalam hal teori, arsitektur, dan perangkat lunak fundamental. “Dan membangun daya saing kami dalam jangka panjang,” ujar Guo Ping.