Semudah Mungkin
Saat ini, Warung Pintar baru hadir di 18 titik di Jabodetabek. Karena itu salah satu target utama Warung Pintar adalah meningkatkan jumlah warung, dengan fokus di wilayah Jabodetabek. “Tahun ini, target kita setidaknya ratusan warung” ungkap Agung. Warung Pintar sendiri saat ini telah mendapatkan suntikan dana dari investor sekitar US$4 juta.
Investasi awal untuk pengadaan warung dan fasilitasnya ditanggung sepenuhnya oleh Warung Pintar, sementara penjaga sekaligus pemilik warung mendapatkan penghasilan dari keuntungan penjualan. Nantinya, ketika pemilik warung sudah mencapai target penjualan tertentu, warung tersebut dapat dicicil secara bertahap.
Pendapatan Warung Pintar sendiri didapat dari pengelolaan supply chain dan kesempatan bisnis yang terbuka ketika jumlah Warung Pintar semakin banyak.
Untuk pemilihan lokasi sendiri, calon pemilik warung dapat memilih lokasi yang dimiliki maupun menggunakan lokasi yang dipilih oleh pihak Warung Pintar. Warung Pintar juga merencanakan lokasi berdasarkan kerja sama dengan beberapa pihak seperti developer, gedung, dan juga mal.
Karena menyasar pemilik warung yang relatif awam teknologi, sistem di Warung Pintar dirancang agar mudah digunakan. “Pemilik warung tinggal scan barang dan melakukan transaksi” tambah Agung. Bahkan untuk melakukan pemesanan barang, pemilik warung tidak perlu repot karena cukup cukup melakukan pemesanan via instant messaging. “Sistem kami dilengkapi semacam text recognition yang akan mengubah chat itu menjadi pemesanan” jelas pria lulusan Intermedia ITB ini.
Animo untuk menjadi pemilik warung sendiri cukup tinggi. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya jumlah pendaftar yang bisa mencapai 600 orang tiap harinya.Untuk proses hiring-nya sendiri, Warung Pintar memiliki proses seleksi yang bertahap, mulai dari basic knowledge, background check, sampai psikologi. Saat ini, Warung Pintar juga lebih memprioritaskan mereka yang selama ini sudah menjadi pemilik warung tradisional.
Jika menengok ke belakang, sebenarnya usaha menggandeng warung sudah pernah dilakukan. Minimarket, supermarket, sampai perusahaan FMGC sudah pernah mencoba dan kurang berhasil. Lalu, apa yang membuat Warung Pintar yakin dapat berhasil? “Saya kira penyebab kegagalan itu ada dua. Pertama karena pendekatannya tidak memanfaatkan teknologi, dan kedua karena tujuan menggandeng warung lebih kepada meningkatkan penjualan” jawab Agung.
Sementara visi Warung Pintar lebih kepada memberdayakan warung dan pemiliknya. “Karena satu warung kan bisa membantu satu keluarga” tambah Agung. Dan ketika populasi warung meningkat, kesempatan bisnis baru yang bisa digali Warung Pintar pun akan banyak terbuka.
“Namun saat ini kami lebih fokus ke jumlah warung agar dapat mencapai impact yang kami harapkan” tutup Agung.