Perusahaan pengembang game Indonesia asal Bandung, Agate, umumkan penunjukan strategic advisor terbaru yang akan diisi oleh CEO dan Co-founder platform edukasi di bidang keuangan dan investasi Ternak Uang, Raymond Chin.
Kapabilitas Raymond sebagai seorang pebisnis dan pelaku game diharapkan mampu mendorong misi Agate untuk kembangkan industri game dan developer lokal dalam menguasai pangsa pasar. Penunjukan Raymond akan mendukung komitmen perusahaan dalam 3 hal, yaitu peningkatan kualitas sumber daya, pengembangan ekosistem bagi developer lokal, dan kemudahan akses dalam memasuki pasar global. “Sejak pandemi, industri game di seluruh dunia justru terus menunjukkan tren yang positif. Di Indonesia sendiri, nilai industri game pada tahun 2021 mencapai US$1,9 miliar. Momentum ini perlu dimanfaatkan dengan baik dan Raymond adalah sosok yang tepat untuk melengkapi roda perusahaan demi menuju arah yang ingin kami capai bersama-sama,” tutur CEO dan Co-founder PT Agate Internasional, Arief Widhiyasa. Mengutip data yang dilansir dari Newzoo tahun 2021 lalu, Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan industri game paling cepat dari segi konsumsi pasar yang tercatat hingga US$1,92 miliar. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan pasar tercepat di Asia Tenggara. Namun pertumbuhan ini berbanding terbalik dengan pendanaan pada game produksi lokal. Imbasnya, hanya 0,5% pangsa pasar yang dikuasai oleh developer lokal.Hal ini disebabkan jumlah perusahaan game dan sumber daya pembuat game yang terbilang masih sedikit. Di sinilah Raymond dan jajaran direksi Agate diharapkan mampu mengisi gap kompetensi sumber daya dan dukungan pada developer lokal yang sedang merintis jalan. Selain itu, Raymond diharapkan dapat terlibat untuk pengembangan produk Agate yang saat ini terbagi ke dalam consumer games dan solusi berbasis game (game-based solutions). Dalam menjalankan tugasnya sebagai penasihat strategis, Raymond akan membawa perspektif talent global dalam pelatihan dan peningkatan sumber daya developer lokal, hingga terlibat langsung dalam pendanaan awal produksi game dengan standar internasional. “Berkaca dari Vietnam, ada 150 lebih perusahaan game dengan jumlah pekerja yang mencapai lebih dari 20 ribu orang. Sementara di Indonesia, tercatat hanya ada sekitar 2 ribu orang pekerja di bidang game dari total 270 orang masyarakat Indonesia. Kekurangan talent berkualitas serta adanya ekosistem game yang suportif dan terbuka bagi talent baru menjadi kunci utama untuk pertumbuhan industri game lokal agar dapat terus maju dan bersaing di pasar global.” ujar Raymond. Raymond optimis pengalamannya sebagai seorang serial entrepreneur di Jakarta dan Singapore dapat membawa sudut pandang baru dan berdampak pada perusahaan. Ke depannya, Raymond menargetkan akan membawa game produksi Agate hingga ke pasar Asia Tenggara, Amerika, dan Eropa.