Microsoft Corp. telah merilis laporan Work Trend Index tahunan keduanya, bertajuk “Great Expectations: Making Hybrid Work Work.” Laporan tersebut memberikan insights agar dapat mengakomodasi organisasi untuk terus berkembang di tengah perubahan dan disrupsi kerja yang berlangsung.
Sebanyak 31.000 orang dari 31 negara, termasuk Indonesia, menjadi responden laporan tersebut. Bersamaan dengan laporan ini, Microsoft juga mengumumkan sejumlah fitur baru pada Microsoft Teams, Microsoft 365, dan Windows 11 untuk memberdayakan kerja hybrid, serta menjawab ekspektasi baru karyawan terhadap tempat kerja.
“Kita tidak lagi sama seperti kita yang baru mulai bekerja dari rumah pada awal 2020 lalu. Dua tahun terakhir telah mengubah cara kita memaknai pekerjaan dalam kehidupan secara signifikan. Maka dari itu, tantangan bagi setiap organisasi adalah untuk bisa memenuhi ekspektasi para karyawan, sambil menyeimbangkannya dengan pencapaian bisnis di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu,” ujar Wahjudi Purnama, Modern Work & Security Business Group Lead Microsoft Indonesia, saat konferensi pers virtual, Selasa (24/5/2022).
Merujuk kepada data khusus Indonesia, laporan Work Trend Index ini mengungkapkan 5 tren utama, meliputi:
- Karyawan memiliki pandangan baru terhadap apa yang dianggap ‘worth it’. Sebanyak 48% karyawan di Indonesia mengatakan mereka cenderung lebih memprioritaskan kesehatan dan wellbeing dibandingkan pekerjaan, daripada sebelum pandemi. ‘Great Reshuffle’ juga belum berakhir, sebanyak 53% Gen Z serta Milenial di Indonesia agak atau sangat mungkin mempertimbangkan untuk pindah kerja pada tahun ini.
- Manajer mengalami dilema antara kepemimpinan dan ekspektasi karyawan. Sebanyak 60% pemimpin di Indonesia mengatakan perusahaan mereka berencana untuk kembali ke mode kerja dari kantor (WFO) secara penuh pada tahun depan, lebih tinggi dibandingkan data global yang berada di 50%. Namun, 66% pekerja di Indonesia lebih mempertimbangkan untuk beralih ke kerja remote atau hybrid.
- Pemimpin perlu membuat kantor terasa ‘worth to commute’. Sebanyak 41% karyawan hybrid di Indonesia mengatakan tantangan terbesar mereka adalah mengetahui kapan dan mengapa mereka harus datang ke kantor, sementara hanya 40% pemimpin telah membuat kesepakatan tim untuk mendefinisikan norma-norma baru ini.
- Pekerjaan yang fleksibel bukan berarti harus "selalu standby". Sebanyak 62% karyawan di Indonesia terbuka untuk menggunakan ruang imersif digital sebagai sarana meeting, lebih tinggi dibandingkan data global yang ada di angka 52%.
- Membangun kembali social capital terlihat berbeda di dunia hybrid. Sebanyak 49% pemimpin di Indonesia mengatakan membangun hubungan adalah tantangan terbesar dalam era kerja hybrid. Selain itu, 65% pekerja pandemi di Indonesia sedang mempertimbangkan untuk berganti perusahaan pada tahun depan, dibandingkan 56% secara global.
“Tidak ada cara untuk bisa melupakan apa yang kita alami selama dua tahun terakhir, atau dampaknya terhadap hidup kita, karena fleksibilitas dan wellbeing telah menjadi hal yang tidak bisa kita kompromikan. Dengan menyambut dan beradaptasi terhadap ekspektasi baru tersebut, organisasi justru dapat menyiapkan setiap karyawan dan bisnisnya untuk meraih kesuksesan jangka panjang,” lanjut Wahjudi.
Membuat kerja hybrid efektif bagi semua orang membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk menentukan bagaimana, kapan, dan di mana semua orang dapat bekerja. Yang tidak boleh dilupakan, tentu saja teknologi juga memegang peranan penting.