Find Us On Social Media :

Tiga Kreator Asia Tenggara Ini Pelopori Penggunaan Teknologi Virtual

By Dayu Akbar, Jumat, 27 Mei 2022 | 16:15 WIB

Ki-Ka: Carl Loo, Owner dan Founder, Technical Director & Event Strategist di 3Particle Malaysia; Rudi Hidayat, Founder dan CEO V2 Indonesia; Nicholas Chan, Regional Sales Manager Disguise Asia Tenggara; Dean Reinhard, Evangelist and Technical Account Manager, Southeast Asia, Epic Games

Pemanfaatan produksi virtual dan teknologi in-camera visual effects (ICVFX) sudah berkembang secara pesat dalam waktu dua tahun terakhir. Teknologi dan alur kerja yang sebelumnya menggunakan studio besar dengan anggaran jutaan dollar kini “didemokratisasi”, membuka jalan bagi generasi baru kreator konten. Banyak di antara mereka sudah memanfaatkan teknologi real time seperti produksi virtual dan ICVFX untuk mendorong inovasi mutakhir dan menciptakan lingkungan ‘dunia lain’ yang imersif, memecahkan rekor dan mendapatkan banyak pujian karena kreativitasnya. Untuk kawasan Asia Tenggara, ada tiga kreator yang jadi pelopor dalam pemanfaatan teknologi in-camera visual effects (ICVFX) yaitu AUX Media di Singapura, 3Particle  di Malaysia, dan V2 di Indonesia, yang memanfaatkan panggung skala besar xR dan layar LED di berbagai live event, film dan alur produksi mereka.AUX Media yang berlokasi di Singapura memanfaatkan kemampuan real-time Unreal Engine dan disguise untuk mengembangkan efek visual hidup dan interaktif untuk Star Awards Ceremony 2022 dari Mediacorp. Ini dikonsepkan dan diwujudkan dengan memanfaatkan panggung xR dari studio itu, dengan layar hijau yang memungkinkan pengembang untuk menempatkan lapisan efek visual dan selebritas lain dari jarak jauh, dan secara real time. Hal ini tidak saja menciptakan hasil akhir yang menakjubkan, tapi juga memungkinkan tim produksi untuk menangkap reaksi yang lebih otentik dan asli dari para aktor. Alur kerja setelah produksi juga diminimalisir untuk membawa acara ke penonton jauh lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Hal yang tidak mungkin dilakukan dengan pengaturan tradisional.Studio xR pertama Malaysia yaitu 3Particle, juga telah memanfaatkan teknologi real time dan panggung xR untuk menciptakan dunia baru yang futuristik dalam video musik seperti band lokal IMAGI, dan MADAM, serta menjadi bagian dari pertunjukan virtual kelas dunia untuk Alan Walker. Kemampuan untuk merekam dan mengombinasikan adegan yang sangat realistis ini sudah jadi hal yang revolusioner bagi industri. Ke depannya, xR Stage Malaysia by 3Particle akan bekerja sama dengan Experiential Design Team (EDT) yang dipimpin oleh Fariz Hanapiah, Creative Tech Director untuk menjajaki kolaborasi berbasis konten & teknologi untuk industri M&E baik di Malaysia maupun di negara lain, melalui alur kerja real-time 3D dari unreal engine dalam proyek-proyek seperti Metahuman Raya, Arvena dan Silau Maya Alun.

Sementara itu, studio xR imersif pertama di Indonesia, V2 Indonesia, mengubah permainan untuk virtual event dengan software real time. Bulan Oktober 2021, studio spesialis audio visual (AV) membuat terobosan dengan merambah ke xR dengan harapan menambah nilai penawaran terbaru mereka untuk klien industri dan konsumen, serta mendukung hybrid event imersif di masa depan. Sejak saat itu, V2 telah memulai proyek xR pertamanya dengan Gereja Bethel Indonesia (atau dikenal dengan GBI PRJ), rumah ibadah yang berlokasi di Jakarta. Di GBI PRJ, V2 telah membangun studio xR dengan LED sebesar 17x5m, yang didukung oleh software disguise, dan memungkinkan gereja menampung hingga 1.000 jemaat per sesi ibadah.V2 juga bekerja sama dengan salah satu Youtuber terbesar di Indonesia untuk membangun studio podcast yang dilengkapi teknologi xR. Perusahaan berharap xR dapat membekali para kreatif seni, media TV, biro iklan, dan pembuat konten untuk lebih membebaskan kreativitas mereka dan menghasilkan konten berkualitas yang mutakhir. “Saya sangat senang melihat tim produksi di Asia Tenggara kini bekerja lebih dekat dan lebih efisien dalam produksi virtual, daripada sebelumnya, dan melihat semua teknologi ini bersatu dengan alur kerja disguise yang terpadu. Masa depan pembuatan film ada di tangan kita, bahkan kini sudah menciptakan peran dan keterampilan baru di pasar,” ujar Nicholas Chan, Regional Sales Manager Disguise Asia Tenggara.Epic Games berkomitmen untuk memberdayakan studio dan kreator di seluruh ASEAN untuk mendukung permintaan akan produksi virtual dan ICVFX yang semakin banyak. Hingga hari ini, Epic Games sudah mendukung lebih dari 1.600 kreator dan tim di 89 negara, melalui program Epic MegaGrants (EMG) yang menggelontorkan dana senilai US$100 juta untuk secara aktif membantu kesuksesan pengembang dan komunitas kreator.