Pandemi yang terjadi dalam dua tahun terakhir telah mengubah tata kehidupan manusia. Dampaknya pun terasa di berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Akibat pandemi, jutaan murid di seluruh dunia terpaksa belajar secara online.
Namun pengalaman tersebut juga meninggalkan hikmah, yaitu besarnya potensi pembelajaran secara online. Pandemi telah mengakselerasi perkembangan teknologi digital seputar pembelajaran. Kita pun terbiasa mengakses sumber pengetahuan menggunakan internet. Ketika dua hal itu terpadu, dimensi baru dunia edukasi pun terbuka luas.
Tantangannya adalah, bagaimana kita bisa memanfaatkan momentum ini?
Hal inilah yang menjadi inti diskusi webinar The Future of Education and Work in the Era of Digital Transition. Webinar ini adalah bagian dari program B20, sebuah forum komunitas yang terdiri dari perusahaan yang berada di forum negara G20. Forum B20 ini akan melangsungkan pertemuan di Indonesia pada 13-14 November 2022 di Bali, dengan misi memberikan rekomendasi terkait isu dunia bisnis saat ini.
Ada enam area yang menjadi fokus B20 Indonesia, termasuk digitalisasi serta masa depan edukasi dan pekerjaan. Dan dari diskusi di webinar ini terkuak, kedua hal tersebut dapat menjadi kombinasi yang meningkatkan taraf hidup masyarakat dunia.
Mengubah Dunia Pendidikan
Salah satu yang merasakan manfaat pembelajaran online ini adalah Educatius Group, lembaga pendidikan asal AS yang membantu pelajar mendalami minat di ekosistem global. Sebelum pandemi, pelajar secara fisik harus pindah dari negara asal ke negara tujuan. Namun akibat pandemi, Educatius kini membuka kelas atau pertukaran pelajar secara online.
Meski secara operasional berbeda, hasil yang didapat relatif sama. Data Educatius Group menunjukkan, 72% pelajar yang menempuh pendidikan secara online, mendapatkan nilai yang sama atau lebih baik dibanding mereka yang menempuh pendidikan secara offline. “Data ini bisa menghapus keraguan akan efektifitas belajar secara online,” ungkap Matthew Neeb (Director of Online Programs Educatius Group).
Hal yang sama juga dirasakan oleh Western Sydney University. Seperti diungkap Jo-Anne Chuck (Head of Teaching and Curriculum, Western Sydney University Australia), pihaknya kini melihat potensi besar dari proses pembelajaran secara online. Namun Jo-Anne juga menggarisbawahi, kurikulum pembelajaran harus diubah saat metode pembelajaran “pindah” dari kelas fisik ke kelas online. “Kita harus mendorong pelajar untuk dapat mengimplementasikan ilmunya ke berbagai konteks,” ungkap Jo-Anne.
Jo-Anne Chuck (Head of Teaching and Curriculum, Western Sydney University Australia)
Semua narasumber pun sepakat, dunia pendidikan berbasis online masih dalam tahap awal dan akan terus berkembang. Setiap pihak perlu luwes dalam menghadapi perubahan yang terjadi. “Ada kesempatan besar di sana, namun kita memang harus adaptif. Kita harus terus menggali apa yang dibutuhkan pelajar, apa yang yang dibutuhkan industri, dan bagaimana mempertemukan keduanya,” ungkap Andreas Beyer.
Sementara Jo-Anne melihat, penting bagi institusi pendidikan untuk menanamkan semangat lifelong learning pada setiap anak didik. “Dan materi pendidikan seharusnya disajikan dalam potongan kecil yang mudah dicerna, sesuai konteks, dan membangkitkan rasa ingin tahu,” tambah Jo-Anne.