Model artificial intelligence ini akan menjadi alternatif bagi labor chart tradisional yang saat ini digunakan para penyedia layanan persalinan. Model untuk prediksi risiko ini juga mempromosikan keputusan klinis yang bersifat individual sesuai karakteristik setiap pasien.
Contoh artificial intelligence ini juga dapat memberikan semacam peringatan dini kepada pasien di kawasan pedesaan atau terpencil sehingga para petugas kesehatan memiliki waktu yang cukup untuk memindahkan pasien ke tempat lain yang memiliki tingkat perawatan lebih tinggi.
Di sisi lain, melalui studi ini ditemukan bahwa pemanfaatan artificial intelligence ini tidak hanya memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien, tetapi juga menghemat biaya di sisi sistem kesehatan.
“Kemampan algoritme artificial intelligence dalam memperediksi risiko per individu selama proses persalinan akan membantu mengurangi hasil persalinan yang merugikan tapi juga menurangi biaya perawatan kesehatan yang berhubungan dengan morbiditas ibu, khususnya di AS, yang diperkirakan mencapai lebih dari US$30 miliar,” ucap Bijan Borah, Scientific Director of Health Services and Outcomes Research untuk Robert D. and Patricia E. Kern Center for the Science of Health Care Delivery, Mayo Clinic, seperti dikutip dari laman web Chief Healthcare Executive.