Iklan yang menjadi pendapatan utama YouTube kini mulai berkurang dengan adanya krisis ekonomi dan geo politik di berbagai negara.
Perusahaan induk Google, Alphabet melaporkan pendapatan YouTube dari iklan pada kuartal III-2022 senilai 7,07 miliar dolar AS atau sekitar Rp109 triliun, turun 2 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Sebagai perbandingan, pendapatan iklan dari YouTube senilai 7,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 111 triliun) pada kuartal III 2020.
Chief Financial Officer (CFO) Alphabet, Ruth Porat mengungkapkan penyebab turunnya pemasukan iklan YouTube karena banyaknya perusahaan (pengiklan) yang menghemat biaya atau pengeluaran untuk iklan.
"Penghematan ini dipicu oleh krisis ekonomi global, salah satunya nilai inflasi tinggi di Amerika Serikat (AS), yang tengah terjadi," ujarnya.
Adapun mayoritas perusahaan yang menghemat pengeluaran iklan YouTube berasal dari bidang keuangan, asuransi, kripto (cryptocurrency), dan sejenisnya.
Untungnya, bisnis Alpabhet di kuartal III-2022 tetap meningkat seperti kuartal-kuartal sebelumnya. Total pendapatan Alphabet senilai 69 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.071 triliun), meningkat 6 persen dari periode yang sama tahun lalu yang berada di kisaran 65 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.000 triliun).
Ironisnya, total pendapatan Google menurun drastis karena hanya tumbuh 6 persen pada kuartal III-2022. Padahal, pendapatan Google mencapai sekitar 41 persen pada kuartal III-2021.
Solusinya, Google bakal berbenah dan fokus untuk mengembangkan berbagai produk dan layanan yang dianggap bakal menguntungkan. Salah satunya adalah dengan cara memonetisasi konten-konten video pendek yang ada di YouTube Shorts.
“Kami saat ini fokus untuk lebih berhati-hati dalam investasi jangka panjang, dan lebih sensitif terhadap apa yang terjadi di sekitar kami, terutama mengenai masalah ekonomi," ujar CEO Alphabet dan Google Sundar Pichai.