Find Us On Social Media :

Artificial Intelligence, Jantung Layanan Telco di Masa Depan

By Liana Threestayanti, Senin, 31 Oktober 2022 | 19:00 WIB

Artificial intelligence dan automation akan menjadi

Artificial intelligence dan automation akan menjadi "jantung" dari layanan telekomunikasi di masa depan, menurut GlobalData.

Pandemi COVID-19 mengharuskan perusahaan mengurangi ketergantungan terhadap para pekerja manusia. Hal ini pun berujung pada kebutuhan automation yang end to end bagi proses bisnis yang lebih kompleks.  

Sementara itu, artificial intelligence (AI) memungkinkan automation yang ditingkatkan (enhanced automation), reaksi yang lebih cepat terhadap data set, dan lebih banyak use case di ranah konsumen maupun korporasi. 

Jika digunakan dengan baik, AI dan automation tidak hanya dapat mendorong gelombang pertumbuhan di industri telco, tapi juga membuatnya berbeda, menurut GlobalData, perusahaan data analytics.

"Ada kebutuhan untuk lebih banyak mengotomatisasi jaringan operator di era 5G. Kompleksitas dari arsitektur baru cloud native akan membutuhkan perubahan dalam cara operator membangun, mengelola, dan menjalankan jaringan, dan teknologi baru berbasis AI menjadi yang terdepan dalam orkestrasi dan jaminan layanan. Ini berarti observabilitas di setiap lapisan, mulai dari jaminan layanan hingga domain jaringan adalah kunci untuk membantu mempertahankan service level," ujar Malcolm Rogers, Senior Analyst, GlobalData.

Hal ini menjadi topik diskusi di ajang  FutureNet Asia di Singapura beberapa waktu lalu. Diskusi yang berjudul  "How to meet SLA and service quality requirements in a hyper connected world?," ini membahas prasyarat service-level agreement (SLA) dan service quality di dunia yang hyper connected dan peran AI serta automation. 

FutureNet Asia ditujukan untuk memberikan insight bagi para operator telekomunikasi dalam menghadapi tantangan terbesar yang mereka hadapi saat ini. Salah satu tantangan itu adalah meningkatnya kompleksitas dalam mengelola elemen jaringan, baik, di jaringan tradisional maupun arsitektur baru berbasis cloud yang sudah memanfaatkan microservices dan container.

Meski kebutuhan itu terus meningkat, AI bukanlah sebuah "peluru ajaib," menurut Malcolm.

"Setiap lingkungan operator yang berbeda memerlukan pendekatan yang berbeda untuk melatih model AI. Munculnya 5G menambah tantangan baru pada manajemen jaringan, tidak hanya dari penggabungan arsitektur baru berbasis cloud dan penggunaan edge compute, tetapi juga munculnya business case baru yang diharapkan dapat didukung (oleh 5G)," pungkas Malcolm Rogers.